Saturday, February 27, 2010

Dreams

Hari pertama kuliah, seorang professor di kelas kami memperkenalkan dirinya dan menantang kami untuk lebih mengenal seseorang yang sebelumnya belum pernah kita kenal. Aku kemudian berdiri dan melihat sekeliling, dan pada saat itu sebuah tangan menyentuh bahuku. Aku berbalik dan mendapatkan seorang wanita tua bertubuh kecil dengan rambut ikalnya menatapku dengan wajah yang tersenyum.

Dia berkata, “Hai, tampan. Namaku Rose. Umurku enam puluh tujuh tahun. Bolehkah aku memberimu sebuah pelukan?” aku kemudian tertawa dan menjawab dengan senang, “Tentu saja kamu boleh!” dan dia pun memelukku dengan hangat.

Mengapa kamu berada di kampus ini pada usia ini?” tanyaku.

Sambil bercanda, dia menjawab, “Aku ada disini untuk mencari suami yang kaya, kemudian kami menikah, memiliki dua orang anak, kemudian kami mengambil pensiun dan melakukan travelling.”

“Ayolah yang serius.” tanyaku lagi. Aku begitu sangat penasaran, hal apa yang telah memotivasi dirinya untuk berani mengambil tantangan ini di usianya yang tidak muda lagi.

“Aku selalu bermimpi memiliki pendidikan yang tinggi di sebuah universitas dan saat ini aku sedang melakukannya!” dia kemudian memberitahuku.

Seusai kelas, kami berjalan ke ruangan aula dan saling berbagi milkshake coklat. Dengan begitu cepat kami menjadi teman. Setiap harinya selama tiga bulan berikutnya kami selalu meninggalkan kelas bersama-sama dan mengobrol tanpa henti. Aku selalu seperti terhipnotis untuk mendengarkan “mesin waktu” ini pada saat ia membagi segala kebijaksanaan dan pengalaman-pengalamannya kepadaku.

Selama tahun pelajaran itu, Rose menjadi seorang ikon kampus dan kemanapun dia pergi dia selalu begitu mudah untuk mendapatkan teman. Dia begitu menyukai segala perhatian yang ia dapatkan dari siswa-siswa lainnya, yang menurutnya adalah sebuah anugerah.

Pada akhir semester, kami mengundang Rose untuk memberikan sebuah pidato dalam pembukaan pertandingan sepakbola di kampus kami. Aku takkan pernah bisa lupa apa yang telah ia ajarkan untuk kami. Ia dipanggil dan diperkenalkan ke seluruh siswa, dan ia kemudian melangkah menaiki podium. Saat ia mengambil lembaran-lembaran kertas yang berisi catatan pidatonya, ia menjatuhkan tiga dari lima lembar kertas yang di pegangnya ke lantai. Dengan wajah yang agak frustrasi dan merasa malu, ia maju ke mikrofon dan berkata ringan, “Maaf, aku merasa sangat gugup. Aku memberi bir ku untuk Lent dan wiski ini membunuhku! Aku takkan pernah dapat menyampaikan pidato seperti yang telah aku persiapkan sebelumnya, jadi ijinkan aku untuk menyampaikan apa yang aku tahu.”

Kami pun tertawa mendengarnya, kemudian dia mulai berkata: “Kita tidak berhenti bermain karena kita tua; kita menjadi tua karena kita berhenti bermain. Ada empat rahasia untuk membuat kita tetap muda, berbahagia dan meraih kesuksesan.””Kamu harus tertawa setiap harinya. Kamu harus mempunyai sebuah mimpi. Saat kamu kehilangan mimpimu, maka kamu ‘mati’. Ada begitu banyak orang yang berjalan di sekitar kita yang sebenarnya telah ‘mati’ dan mereka tidak menyadarinya!”

“Ada suatu perbedaan yang sangat besar antara tumbuh menjadi dewasa dan tumbuh menjadi lebih tua. Jika kamu berusia sembilan belas tahun dan berbaring di tempat tidur selama setahun penuh dan tidak melakukan satu kegiatan produktif apapun, kamu akan berubah menjadi duapuluh tahun. Dan jika aku berusia enam puluh tujuh tahun dan tetap berada di tempat tidur selama setahun dan tidak pernah melakukan apapun, aku akan menjadi enam puluh delapan. Semua orang bisa tumbuh menjadi lebih tua. Hal tersebut tidak akan mengambil bakat atau kemampuan apapun. Tapi yang terbaik adalah untuk dapat tumbuh dengan selalu menemukan kesempatan di dalam perubahan.”

“Jangan pernah menyesal. Para orang-orang yang berusia cukup tua biasanya tidak memiliki penyesalan atas apa yang telah kami lakukan, tapi lebih pada penyesalan pada apa yang tidak kami lakukan. Orang-orang yang takut akan kematian hanyalah mereka yang mempunyai penyesalan.”

Dia menyimpulkan pidatonya dengan menyanyikan The Rose dengan beraninya. Dia menantang semua dari kami untuk mempelajari lirik lagu tersebut dan menghidupkannya dalam keseharian kami.

Pada akhir tahun Rose berhasil menyelesaikan kuliahnya yang telah ia mulai sejak bertahun-tahun yang lalu.

Satu minggu setelah acara wisuda, Rose meninggal dengan tenang di dalam tidurnya.

Lebih dari duaribu siswa menghadiri pemakaman dirinya sebagai wujud penghormatan kepada seorang wanita yang begitu hebat yang telah mengajarkan dengan memberikan contoh atas dirinya. bahwa tidak pernah ada kata terlambat untuk menjadi semua yang kemungkinan kamu bisa.


Pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah ini adalah:
• Tidak pernah terlambat buat kita untuk belajar
• Tertawalah dan temukan segala kelucuan itu setiap harinya
• Jangan biarkan perubahan menguasaimu, tapi biarkan perubahan itu membantumu untuk menemukan kesempatan yang mungkin sebelumnya belum pernah kamu lihat.

Masa depan itu adalah milik orang-orang yang percaya terhadap keindahan impian-impiannya. (Eleanor Roosevelt)
Bermimpilah seakan kamu akan hidup selamanya. Hiduplah seakan kamu akan mati hari ini. (James Dean)

Thinking Makes It So

“Tidak ada sesuatu pun yang baik atau buruk, memikirkannya-lah yang membuat hal tersebut menjadi seperti itu.” kata seorang master.

Ketika diminta untuk menjelaskan maksud dari perkataannya, ia berkata, “Seorang pria dengan begitu bergembira melakukan puasa selama tujuh hari dalam seminggu, sementara tetangganya meninggal kelaparan dalam melakukan diet yang sama.”

Anthony de Mello
One Minute Wisdom
Image Books, 1985

Berjanjilah...

Untuk menjadi begitu kuat, sehingga tak ada sesuatu pun yang dapat menggangu kedamaian hati dan pikiranmu.

Untuk berbicara kesehatan, kebahagiaan, dan kemakmuran kepada setiap orang yang kamu temui.

Untuk membuat semua temanmu merasakan bahwa ada ‘sesuatu’ dalam diri mereka.

Untuk melihat segala sesuatunya dengan pikiran yang lebih terbuka dan membuat rasa optimisme-mu menjadi kenyataan.

Untuk berpikir hanya tentang hal-hal yang terbaik, bekerja hanya untuk yang terbaik, dan mengharapkan hanya untuk yang terbaik.

Untuk merasa begitu bergairah dan bersemangat untuk kesuksesan orang lain sama hal-nya seperti merasakan kesuksesan untuk dirimu sendiri.

Untuk melupakan kesalahan masa lalu dan menekankan untuk meraih prestasi yang lebih baik di masa yang akan dating.

Untuk selalu tetap merasa riang dan memberikan senyuman kepada setiap makhluk hidup yang kamu temui.

Untuk memberikan lebih banyak waktu pada dirimu untuk melakukan peningkatan dalam dirimu sehingga kamu tak memiliki waktu hanya untuk mengkritik orang lain.

Untuk merasakan dirimu terlalu besar untuk keraguan, terlalu mulia untuk merasakan kemarahan, terlalu kuat untuk merasakan ketakutan, dan terlalu bahagia untuk mengijinkan kehadiran masalah.

Untuk berpikir hal yang baik tentang dirimu dan memberitahukan fakta ini kepada dunia, bukan dengan kata-kata yang nyaring tapi dengan perbuatan yang besar dan berarti.

Untuk hidup dalam keyakinan bahwa seluruh dunia ada dalam pihakmu, asalkan kamu jujur pada hal-hal terbaik yang ada dalam dirimu.

C.D. Larson
Your Forces and How to Use Them
LM Fowler & Co., Ltd., England

Lakukanlah!!

Sinclair Lewis, adalah seorang novelis yang diharapkan untuk memberikan perkuliahan selama satu jam lamanya kepada para mahasiswa yang berencana untuk menjadi seorang penulis. Lewis membuka perkuliahan dengan mengajukan sebuah pertanyaan:

“Berapa banyak dari kalian yang benar-benar berniat untuk menjadi seorang penulis?”

Semua mahasiswa mengangkat tangan.

“Oleh karena itu,” kata Lewis, “saranku untuk kalian adalah pulanglah dan mulailah menulis.”

Dan kemudian Lewis berjalan meninggalkan kelas.


Bits & Pieces - March 1997

The Touchstone

Ketika perpustakaan besar di Alexandria terbakar, konon kabarnya ada satu buku yang berhasil diselamatkan. Namun begitu, buku in bukanlah sebuah buku yang berharga, dan seorang lelaki miskin yang sedikit bisa membaca, membeli buku tersebut dengan harga beberapa keping koin tembaga.

Buku tersebut bukanlah buku yang begitu menarik, tapi di antara lembaran-lembaran halamannya tersimpan sesuatu yang menarik. Itu adalah potongan naskah yang dituliskan di atas kulit binatang dan berisikan rahasia tentang ‘Touchstone’.

Touchstone adalah sebuah batu kecil seperti kerikil namun touchstone mampu merubah logam menjadi emas murni. Dalam naskah tertulis bahwa ada sekitar jutaan batu-batu kerikil yang terlihat sangat mirip dengan touchstone. Tapi rahasianya adalah: Batu touchstone yang asli akan terasa hangat sementara batu biasa akan terasa dingin saat kamu memegangnya.

Kemudian lelaki itu menjual harta benda miliknya yang tidak banyak dan kemudian membeli beberapa peralatan sederhana, dan kemudian dia membangun tenda kecil di tepi pantai, dan dimulai-lah pencariannya di pantai tersebut.

Ia mengetahui bahwa bila ia mengambil batu-batu kerikil biasa dan melemparkannya kembali karena batu-batu tersebut dingin, maka kemungkinan dia akan kembali mengambil batu yang sama beratus-ratus kali. Oleh karenanya, saat ia mengambil sebuah kerikil dan ia merasakannya dingin, maka ia akan melemparkannya ke tengah lautan. Lelaki ini menghabiskan waktu seharian penuh untuk menge-tes kerikil-kerikil tersebut namun tak satu pun yang merupakan touchstone. Tapi ia tetap terus melakukannya. Mengambil sebuah kerikil. Terasa dingin – dibuangnya ke lautan. Mengambil lagi kerikil lainnya. Membuangnya lagi ke lautan.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Hingga suatu hari, ia mengambil sebuah kerikil dan kerikil itu terasa hangat. Namun lelaki itu membuangnya ke lautan sebelum ia menyadari apa yang telah dilakukannya.

Dirinya telah membentuk kebiasaan yang kuat seperti itu, melemparkan kerikil-kerikil yang di dapatnya ke lautan, sehingga ketika ia menemukan touchstone yang dicarinya ia tetap saja membuangnya.


Begitu pula dengan kesempatan. Terkecuali bila kita waspada, maka akan sangat mudah buat kita untuk gagal menyadari sebuah kesempatan yang telah ada dalam genggaman kita dan ini sama mudahnya dengan membuang jauh kesempatan itu tanpa kita sadari.

Sumber: Bits & Pieces - Author: Unknown

Tindakan Kita Sebatas Kita Memandang Dunia

Bila anda memandang diri anda keciI, dunia akan tampak sempit, dan tindakan anda pun jadi kerdiI. Namun, bila anda memandang diri anda besar, dunia terlihat luas, anda pun melakukan haI-hal penting dan berharga.

Tindakan anda adalah cermin bagaimana anda melihat dunia. Sementara dunia anda tak Iebih Iuas dari pikiran anda tentang diri anda sendiri. Itulah mengapa kita diajarkan untuk berprasangka positif pada diri sendiri, agar kita bisa melihat dunia lebih indah, dan bertindak selaras dengan kebaikan-kebaikan yang ada dalam pikiran kita.

Padahal dunia tak butuh penilaian apa-apa dari kita. Ia hanya memantulkan apa yang ingin kita lihat. Ia menggemakan apa yang ingin kita dengar. Bila kita takut menghadapi dunia, sesungguhnya kita takut menghadapi diri kita sendiri. Maka, bukan soal apakah kita berprasangka positif atau negatif terhadap diri sendiri. Melampaui di atas itu, kita perlu jujur melihat diri sendiri apa adanya. Dan dunia pun menampakkan realitanya yang selama ini tersembunyi di balik penilaian-penilaian kita.

Kekuatan Pikiran

Manusia memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menciptakan mahakarya.
Kekuatan terbesar dalam diri manusia itu terdapat pada pikiran. Tetapi kita jarang membuktikan kekuatan pikiran tersebut, sebab kita sering terjebak dalam zona nyaman atau kebiasaan tertentu. Sehingga selamanya tidak dapat mencari kemungkinan yang lebih baik atau perubahan nasib yang berarti.

Oleh karena itu milikilah target yang lebih tinggi untuk merangsang kekuatan dalam pikiran tersebut. Sebab target atau sasaran baru yang dipikirkan itu akan menggerakkan diri kita untuk melaksanakan tindakan.
Apalagi jika diyakini target tersebut bakal tercapai, maka diri kita akan lebih siap menghadapi tantangan yang ada.

Setelah tindakan-tindakan baru yang lebih konstruktif dikerjakan hingga berulang-ulang, maka tanpa disadari kita sudah banyak melakukan hal-hal penting hinga kita tiba di zona baru, dimana kita berhasil mencapai target yang didambakan. Itulah mengapa dikatakan bahwa manusia mempunyai potensi yang sangat besar dalam pikiran bawah sadar. Kekuatan pikiran bawah sadar itu dapat dibangkitkan melalui 2 cara, yaitu: autosuggestion dan visualization.

• Autosuggestion

Keinginan-keinginan kita merupakan informasi penting untuk pikiran bawah sadar. Sebab keinginan yang terekam kuat dalam pikiran bawah sadar sangat besar dapat menjadi daya dorong yang akan menggerakkan diri kita untuk berbuat sesuatu yang luar biasa. Keinginan yang sangat besar dan terekam dalam pikiran bawah sadar itulah yang dinamakan autosuggestion.

Autosuggestion seharusnya dilakukan dengan penuh rasa percaya, melibatkan emosi dalam diri, dilakukan penuh konsentrasi terhadap obyek yang positif, dan berulang-ulang. Selanjutnya, pikiran bawah sadar inilah yang akan mendikte gerak-gerik tubuh kita. Kekuatan yang ditimbulkan oleh pikiran bawah sadar itu sangat dahsyat entah digunakan untuk melakukan perbuatan buruk atau baik. Kadangkala niat untuk melakukan sesuatu secara otomatis muncul dari pikiran bawah sadar.

Autosuggestion akan mengetuk kesadaran (heartknock) . Karena dilakukan berulang-ulang dan rutin, suatu ketika kata-kata tersebut akan menembus pikiran bawah sadar. Lalu pikiran bawah sadar itupun memompa semangat. Energi itu dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan impian hidup kita.

Mungkin kegiatan autosuggestion ini akan dianggap aneh oleh orang lain.
Tetapi itulah salah satu cara untuk mengubah diri dari dalam. Biasakan mendengar pola pikir positif dan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang konstruktif. Jadi jangan ragu untuk melakukan budaya-budaya yang potensial, menumbuhkan optimisme dan kreatifitas.

Ada 5 (P) petunjuk dalam melakukan autosuggestion, yaitu;

- Positive : pada saat melakukan autosuggestion, pikirkan hal-hal yang positif saja.

- Powerful : lakukan dengan penuh keyakinan sebab dapat memberikan kekuatan untuk berbuat sesuatu yang luar biasa.

- Precise : keinginan yang hendak dicapai harus sudah dapat dideskripsikan, karena pikiran bawah sadar hanya bisa menyusun berdasarkan kategori.

- Present Tense: dalam bentuk keinginan saat ini, bukan keinginan di masa lalu atau akan datang.

- Personal : lakukan perubahan positif terhadap diri sendiri terlebih dahulu.

• Visualization

Bila kita menginginkan sesuatu maka pikiran bawah sadar akan menggambarkan apa yang didambakan itu. Dengan cara memvisualisasikan impian terlebih dahulu, terciptalah banyak sekali karya-karya spektakuler di dunia ini. Marcus Aurelius Antonius, seorang kaisar Romawi jaman dahulu mengatakan, “A man’s life is what his thought make of it - Kehidupan manusia ialah bagaimana mereka memikirkannya.”

Sesuatu yang selalu divisualisasikan manusia akan mudah terekam dalam pikiran bawah sadar. Lalu muncul kekuatan pikiran tersebut, yang berperan sebagai penghubung antara jiwa dengan tubuh. Sehingga tubuhpun bereaksi dengan mengerahkan seluruh potensi yang sebelumnya tidak pernah digunakan, dalam bentuk kreatifitas atau tindakan. Memvisualisasikan impian memungkinkan seluruh impian tercapai oleh pikiran bawah sadar.

Tuhan Yang Maha Esa menganugerahkan potensi yang sama besar kepada manusia. Tidak ada ruginya membayangkan betapa berpotensinya diri kita untuk mencapai impian-impian. Berikut ini beberapa langkah dalam memvisualisasikan impian, yaitu:

1. Mendefinisikan impian

Mendefinisikan impian artinya memberikan batasan atau standar akan impian yang hendak dicapai. Kemudian, gambarkanlah semua impian seolah-olah Anda sudah sepatutnya meraih impian tersebut. Meskipun tindakan ini terkesan sederhana, tetapi dari gambaran impian itulah kita akan mencoba berbuat sesuatu untuk melakukan perubahan dan akhirnya dapat meraih cita-cita.

2. Menentukan target waktu

Dambakan impian itu terwujud sesuai target yang telah ditentukan, sebab impian tanpa target waktu hanya akan menjadi mimpi sesaat. Impian dengan target waktu akan menggerakkan kesadaran untuk tidak segan-segan melakukan perubahan. Maka mulailah dari sekarang, Be the best, do the best, and then let God take care the rest ?Jadilah yang terbaik, lakukan yang terbaik, biarlah Tuhan yang menentukan. Potensi yang kita miliki kelihatannya sangat sayang jika tidak dioptimalkan.

3. Melakukan berulang-ulang

Melakukan ulangan artinya mengkondisikan diri kita untuk lebih sering ingat akan impian kita. Jika sering ingat, maka perlahan-lahan impian itu akan tertanam di alam pikiran bawah sadar. Bila pesan sudah diterima oleh SCM (sub-conscience mind), maka dia akan menggerakkan diri kita untuk menciptakan keputusan atau menjadikan kita lebih kreatif.

Jika impian lebih sering diimajinasikan ternyata dapat melipatgandakan kekuatan dari pikiran bawah sadar. Imajinasi yang diulang-ulang ini akan secara tidak langsung merangsang ilusi akan kenyataan yang luar biasa tentang potensi kita sebagai umat manusia. Sehingga diri kita akan berusaha keras mencapai impian yang divisualisasikan. Begitulah seterusnya kekuatan pikiran bawah sadar bekerja dan dibangkitkan, hingga perubahan besar terjadi dalam diri kita pada suatu waktu.

Sumber: Kekuatan Pikiran Bawah Sadar oleh Andrew Ho

Sebatang Bambu

Sebatang bambu yang indah tumbuh di halaman rumah seorang petani. Batang bambu ini tumbuh tinggi menjulang di antara batang-batang bambu lainnya. Suatu hari datanglah sang petani yang empunya pohon bambu itu.

Dia berkata kepada batang bambu,” Wahai bambu, maukah engkau kupakai untuk menjadi pipa saluran air yg sangat berguna untuk mengairi sawahku?”

Batang bambu menjawabnya, “Oh tentu aku mau bila dapat berguna bagi engkau,Tuan. Tapi ceritakan apa yang akan kau lakukan untuk membuatku menjadi pipa saluran air itu.”

Sang petani menjawab, “Pertama, aku akan menebangmu untuk memisahkan engkau dari rumpunmu yang indah itu. Lalu aku akan membuang cabang-cabangmu yang dapat melukai orang yang memegangmu. Setelah itu aku akan membelah-belah engkau sesuai dengan keperluanku. Terakhir aku akan membuang sekat-sekat yang ada di dalam batangmu, supaya air dapat mengalir dengan lancar. Apabila aku sudah selesai dengan pekerjaanku, engkau akan menjadi pipa yang akan mengalirkan air untuk mengairi sawah sehingga padi yang ditanam dapat tumbuh dengan subur.”

Mendengar hal ini, batang bambu lama terdiam….., kemudian dia berkata kpd petani, “Tuan, tentu aku akan merasa sangat sakit ketika engkau menebangku. Juga pasti akan sakit ketika engkau membuang cabang-cabangku, bahkan lebih sakit lagi ketika engkau membelah-belah batangku yang indah ini dan pasti tak tertahankan ketika engkau mengorek-ngorek bagian dalam tubuhku untuk membuang sekat-sekat penghalang itu. Apakah aku akan kuat melalui semua proses itu, Tuan?”

Petani menjawab, ” Wahai bambu, engkau pasti kuat melalui semua ini karena aku memilihmu justru karena engkau yang paling kuat dari semua batang pada rumpun ini. Jadi tenanglah.”

Akhirnya batang bambu itu menyerah, “Baiklah, Tuan. Aku ingin sekali berguna ketimbang batang bambu yg lain. Inilah aku, tebanglah aku, perbuatlah sesuai dengan yang kau kehendaki.”

Setelah petani selesai dengan pekerjaannya, batang bambu indah yang dulu hanya menjadi penghias halaman rumah petani, kini telah berubah menjadi pipa saluran air yang mengairi sawah sehingga padi dapat tumbuh dengan subur dan berbuah banyak.

Pernahkah kita berpikir bahwa dengan tanggung jawab dan persoalan yg sarat, mungkin Tuhan sedang memproses kita untuk menjadi indah di hadapan-Nya? Sama seperti batang bambu itu, kita sedang ditempa.

Tapi jangan kuatir, kita pasti kuat karena Tuhan tak akan memberikan beban yang tak mampu kita pikul. Jadi maukah kita berserah pada kehendak Tuhan, membiarkan Dia bebas berkarya di dalam diri kita untuk menjadikan kita alat yang berguna bagi-Nya?

Seperti batang bambu itu, mari kita berkata, ” Inilah aku, Tuhan…perbuatlah sesuai dengan yang Kau kehendaki.”

Kisah Seekor Belalang

Seekor belalang telah lama terkurung dalam sebuah kotak.
Suatu hari ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya tersebut. Dengan gembira ia melompat-lompat menikmati kebebasannya.

Di perjalanan dia bertemu dengan seekor belalang lain.
Namun dia keheranan mengapa belalang itu bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya.

Dengan penasaran ia menghampiri belalang itu, dan bertanya,
“Mengapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh, padahal kita tidak jauh berbeda dari usia ataupun bentuk tubuh ?”.

Belalang itu pun menjawabnya dengan pertanyaan,
“Dimanakah kau selama ini tinggal? Karena semua belalang yang hidup di alam bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan”.

Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.

Bahan Renungan :
Sebagai manusia, tanpa sadar, mungkin kita pernah juga mengalami hal yang sama dengan belalang.

Lingkungan yang buruk, hinaan, trauma masa lalu, kegagalan yang beruntun, perkataan teman atau pendapat tetangga, seolah membuat kita terkurung dalam kotak semu yang membatasi semua kelebihan kita. Lebih sering kita mempercayai mentah-mentah apapun yang mereka voniskan kepada kita tanpa pernah berpikir benarkah Anda separah itu?
Bahkan lebih buruk lagi, kita lebih memilih mempercayai mereka daripada mempercayai diri sendiri.

Tidakkah Anda pernah mempertanyakan kepada nurani bahwa Anda bisa “melompat lebih tinggi dan lebih jauh” kalau Anda mau menyingkirkan “kotak” itu?
Tidakkah Anda ingin membebaskan diri agar Anda bisa mencapai sesuatu yang selama ini Anda anggap diluar batas kemampuan
Anda?

Beruntung sebagai manusia kita dibekali Tuhan kemampuan untuk berjuang, tidak hanya menyerah begitu saja pada apa yang kita alami. Karena itu teman, teruslah berusaha mencapai apapun yang Anda ingin capai. Sakit memang, lelah memang, tapi bila Anda sudah sampai di puncak, semua pengorbanan itu pasti akan terbayar.

Kehidupan Anda akan lebih baik kalau hidup dengan cara hidup pilihan Anda. Bukan cara hidup seperti yang mereka pilihkan untuk Anda.

Best Medicine

Selama dua dekade, pada abad ini, beberapa bayi (dalam jumlah yang besar) di bawah umur 1 tahun harus menghabiskan waktu mereka berada di rumah sakit dan beberapa institusi anak-anak dan beberapa dari mereka meninggal dengan alasan yang tidak jelas. Di beberapa institusi, adalah hal yang biasa kasus-kasus bayi dengan kondisi yang sangat serius dalam catatan administrasi mereka dituliskan kata “tidak ada harapan”.
Di antara beberapa dokter yang sehari-harinya sering dihadapkan dengan angka kematian bayi yang tinggi adalah Dr. Fritz Talbot dari sebuah klinik anak-anak di Dusseldorf. Dr. Talbot memiliki kesuksesan yang luar biasa dalam menangani anak-anak yang sakit. Selama bertahun-tahun, dia selalu diikuti oleh kelompok dokter rumah sakit yang ingin mencari cara baru untuk menangani penyakit anak-anak.
Salah satu diantara dokter tersebut adalah Dr. Joseph Brennermann, yang menceritakan kisah ini.
“Seringkali kami mendatangi seorang anak yang telah dinyatakan tak dapat tertolong lagi. Dan dengan beberapa alasan anak ini dinyatakan tak memiliki harapan. Dan ketika hal ini terjadi, Dr. Talbot akan mengambil tabel catatan kesehatan anak itu dan menuliskan beberapa resep obat yang tak dapat ditemukan. Dan dalam kebanyakan kasus, formula ajaib tersebut berkhasiat dan si anak berangsur membaik. Kecurigaanku timbul dan aku berpikir apakah mungkin dokter yang terkenal ini telah mengembangkan jenis obat baru yang mujarab?”
“Suatu hari, aku kembali ke bangsal anak-anak itu dan mencoba untuk menterjemahkan catatan resep Dr. Talbot. Tapi aku tak beruntung, dan lalu aku mendatangi kepala perawat dan menanyai apa resep obat yang diberikan Dr. Talbot tersebut.”
“’Anna yang tua.’ jawabnya. Lalu ia kemudian menunjuk seorang nenek perempuan yang sedang duduk di sebuah ayunan yang besar dengan seorang bayi di pangkuannya. Perawat tersebut kemudian melanjutkan: ‘Kapanpun disaat kami mendapatkan seorang bayi yang padanya telah kami lakukan segala cara untuk menyembuhkannya namun gagal, kami membawa bayi tersebut kepada Anna. Dia lebih berhasil dibandingkan semua dokter dan perawat di institusi ini.’”


Bahan Renungan:
Obat yang paling mujarab adalah cinta.
Cinta dapat menyembuhkan. Cinta adalah doa, doa dari mereka yang mencintai dan menyayangi kita.
Dan dengan dicintai akan memberi kita kekuatan terbesar.
Cinta itu pelajaran. Cinta adalah hikmah, adalah kebenaran. Mencintai orang lain adalah pelajaran berharga. Mencintai hidup adalah pelajaran terpenting. Kita akan hidup lebih baik.

‘Love cures people, the ones who receive love and the ones who give it, too.’ - (Karl Menninger)

Give It a Second Thought

Seorang Indian Amerika menceritakan tentang seorang pemberani yang menemukan sebutir telur burung elang dan lalu menaruhnya di sarang ayam. Anak burung elang yang dierami tumbuh dewasa bersama anak-anak ayam.
Seumur hidupnya, si elang berpikir bahwa ia adalah seekor ayam, dan ia melakukan segala hal yang dilakukan oleh ayam-ayam. Menggaruk-garuk sampah atau tanah untuk mencari bulir-bulir beras dan serangga untuk dimakan. Berkokok. Mengepak-ngepakkan sayapnya seperti ayam dan mencoba terbang namun tak pernah lebih tinggi dari setengah kaki dari tanah (dan hanya seperti itulah layaknya seekor ayam ketika terbang).
Tahun-tahun berlalu. Sang elang pun kini tumbuh tua. Suatu hari, ia melihat seekor burung yang sangat mengagumkan jauh di langit berawan. Terbang dengan keagungan dan gemulai dalam hembusan arus angin yang kuat, membumbung tinggi di angkasa dengan kepakan sayapnya yang kuat dan keemasan.
“Burung yang sangat indah!” ujar si elang kepada tetangganya. “Burung apa itu?”
“Itu adalah seekor elang - pemimpin para burung-burung,” celetuk tetangganya. “Tapi jangan pernah engkau memikirkannya. Kamu takkan pernah bisa menjadi seperti dirinya.”
Maka si elang itu pun tak pernah mencoba memikirkannya kembali dan ia pun mati dengan berpikir bahwa ia adalah seekor ayam.


Bahan Renungan:
Terkadang tanpa kita sadari, apa yang membuat kita gagal dalam hidup ini adalah akibat dari perkataan orang disekitar kita yang mencoba meyakinkan kita bahwa kita ‘TIDAK BISA’ melakukan suatu hal.
Jadi tak ada salahnya bila kita bersikap ‘tuli’ terhadap perkataan-perkataan pesimis yang simpang siur. Cobalah untuk selalu berpikir terbuka, tetap berusaha dan berpikir bahwa ‘AKU BISA’.

Aku teringat dengan salah seorang teman sekelasku yang dulu pernah menertawai impianku. Lalu aku pun berpikir, apa haknya menertawaiku? Yang mempunyai hidup ini adalah diriku, yang lebih mengenal diriku dan kemampuanku sudah barang tentu hanyalah diriku.

Jadi janganlah pernah membiarkan mereka-mereka yang memiliki pikiran negatif unuk memudarkan impian kita dan menjauhkannya dari kita.

Use Your Imagination

Jangan pernah meremehkan imajinasi. Imajinasi bukanlah gambaran kosong atau angan-angan tanpa isi. Sejarah telah membuktikan banyak tokoh terkenal menjadi besar berkat imajinasinya yang luar biasa. Imajinasi ternyata mempunyai kekuatan. Albert Einstein pernah mengatakan, “Energi mengikuti imajinasi”. Tentu saja, Einstein serius dengan ucapannya. Apalagi Einstein mengamini hukum kekekalan energi. Dia sendiri mengaku telah membuktikannya saat dia ditanya bagaimana dia mampu menghasilkan begitu banyak teori spektakuler, dia menjawab imajinasinyalah yang menjadi salah satu bahan bakar dari idenya itu.

Lantas, bagaimanakah imajinasi yang dihasilkan pikiran kita bekerja? Pada prinsipnya, perlu Anda sadari, pikiran kita adalah sebuah magnet yang luar biasa. Pikiran kita mampu menjadi otopilot atas apa yang ingin kita wujudkan, yang kita cita-citakan bahkan yang sekadar kita imajinasikan.

Setiap orang boleh mempunyai mimpi akan masa depan. Mimpi menjadi seorang penulis hebat, misalnya, atau menjadi sastrawan, insinyur, dokter, dan sebagainya. Dalam perwujudan mimpi inilah kekuatan imajinasi berperan. Sekali kita merencanakan dan mematrikan imajinasi dalam pikiran kita, fisik kita pun mulai mencari jalan bagaimana merealisasikan apa yang sudah kita pikirkan.
Untuk mudahnya, pembaca, ada dua kisah tentang kekuatan imajinasi yang ingin saya ceritakan di sini. Pertama, kisah hidup Mayor James Nesmeth, seorang tentara yang doyan main golf. Dia begitu tergila-gila dengan golf. Tapi sayang sekali, sebelum menikmati kesempatan itu, dia ditugaskan ke Vietnam Utara.

Sungguh sial, saat di Vietnam dia ditangkap oleh tentara musuh dan dijebloskan ke penjara yang pengap dan sempit. Dia tidak diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan siapa pun. Situasi pengap, kosong, dan beku itu sungguh menjadi siksaan fisik dan mental yang meletihkan baginya.

Untungnya, Nesmeth sadar dirinya harus menjaga pikirannya agar tidak sinting. Dia mulai berlatih mental. Setiap hari, dengan imajinasinya, dia membayangkan dirinya berada di padang golf yang indah dan memainkan golf 18 hole. Dia berimajinasi secara detail. Dia melakukannya rata-rata empat jam sehari selama tujuh tahun.

Lantas, tujuh tahun kemudian, dia pun dibebaskan dari penjara. Namun, ada yang menarik saat dia mulai bermain golf kembali untuk pertama kalinya. Ternyata, Mayor James Nesmeth mampu mengurangi rata-rata 20 pukulan dari permainannya dulu. Orang-orang pun bertanya kepada siapa dia berlatih. Tentu saja, tidak dengan siapa pun. Yang jelas, dia hanya bermain dengan imajinasinya. Tetapi, ternyata itu berdampak pada hasil kemampuannya. Nah, inilah kekuatan imajinasi itu.

Kisah kedua adalah cerita tentang Tara Holland, seorang gadis yang bermimpi menjadi Miss America sejak kecil. Pada 1994, dia berusaha menjajaki menjadi Miss Florida. Sayangnya, dia hanya menyabet runner-up pertama. Tahun berikutnya dia mencoba, tapi lagi-lagi hanya di posisi yang sama. Hati kecilnya mulai membisikkan dirinya untuk berhenti.

Bulatkan tekad

Tapi, dia bangkit dan membulatkan tekadnya lagi. Dia pindah ke negara bagian lain, Kansas. Pada 1997, dia terpilih menjadi Miss Kansas. Dan di tahun yang sama, dia berhasil menjadi Miss America! Yang menarik, adalah saat Tara diwawancarai setelah kemenangannya, Tara menceritakan bagaimana dia sudah ingin menyerah setelah dua kali kalah di Florida.

Tapi, tekadnya sudah bulat. Selama beberapa tahun kemudian, dia membeli video dan semua bahan yang bisa dipelajari tentang Miss Pagent, Miss Universe, Miss America, dan sebagainya. Dia melihatnya berkali-kali. Setiap kali melihat para diva meraih penghargaan tertinggi, Tara membayangkan dirinyalah yang menjadi pemenangnya.

Satu lagi yang menarik dari wawancaranya adalah saat dia ditanya apakah dia merasa canggung saat berjalan di atas karpet merah. Dengan mantap, Tara Holland menjawab, “Tidak sama sekali. Anda mesti tahu saya sudah ribuan kali berjalan di atas panggung itu.”

Seorang reporter menyela dan bertanya bagaimana mungkin dia sudah berjalan ribuan kali di panggung, sementara dia baru pertama kalinya mengikuti kontes. Tara menjawab, “Saya sudah berjalan ribuan kali di panggung itu…dalam pikiran saya.”

Pembaca, dua kisah nyata di atas menceritakan tentang kekuatan imajinasi. Kita memujudkan apa yang kita lihat dalam pikiran kita.
Imajinasi adalah energi. Energi yang kalau diolah terus-menerus akan mewujud dalam apa yang kita imajinasikan itu.

Kekuasaan boleh memenjarakan fisik, membungkam mulut, tetapi sama sekali tidak bisa memasung imajinasi kita. Dengan kekuatan imajinasi, masa depan akan menjadi milik kita sesuai yang kita cita-citakan.

Dengan imajinasi, kita bisa menjadi tuan atas takdir kita, I am the master of my fate. Stephen Covey dalam 7 Habits mengatakan kita membuat kreasi mental lebih dulu sebelum kreasi fisiknya.

Semakin kuat gambaran mental yang kita miliki, semakin besar energi yang kita miliki untuk mewujudkannya. Sebaliknya, jika kita terlalu banyak membayangkan yang buruk dan negatif, kita menarik energi negatif dan kita semakin ter-demotivasi untuk meraihnya.

Pepatah Latin mengatakan, Fortis imaginatio generat casum, artinya imajinasi yang jelas menghasilkan kenyataan. Dengan demikian, jangan sia-siakan kekuatan imajinasi dalam diri kita. Imajinasi mampu menjadi kendaraan kita menuju apa saja yang kita mimpi dan cita-citakan.

Imajinasi akan mengumpulkan seluruh energi kita untuk mewujudkannya. Dalam aplikasi sehari-hari, dengan imajinasi, kita membayangkan hal-hal positif yang akan kita lakukan dan membayangkan hal-hal positif yang akan terjadi. Betapa kita akan melihat langkah dan tindakan kita mulai mengarah pada apa yang kita bayangkan. And…the dreams will come true!

Sumber: Sukses Berkat Kekuatan Imajinasi oleh Anthony Dio Martin, Psikolog, penulis buku best seller EQ Motivator, dan Managing Director HR Excellency

Belajar Dari Anjing Kecil

Terkisahlah dua ekor anjing scottie muda yang bersahabat, Buster dan Didi. Kemana pun mereka pergi selalu bersama dan ada saja petualangan yang mereka lalui setiap harinya. Namun meskipun begitu, kedua sahabat itu sangatlah bertolak belakang kepribadiannya.

Buster adalah sosok anjing yang penuh dengan semangat dan selalu berani menghadapi rintangan apapun, sementara sahabatnya Didi sedikit lebih pendiam dan selalu ragu dalam bertindak.

Suatu hari di Kota Binatang diadakanlah perlombaan adu bakat untuk para anjing-anjing. Dan pemenangnya selain akan dikukuhkan sebagai anjing terbaik di kota akan pula dihadiahkan stok tulang selama setahun. Seluruh anjing penghuni kota menjadi tergiur untuk ikut ambil serta dalam perlombaan tersebut, tak terkecuali Buster muda.

Buster pun mengajak sahabatnya, Didi, untuk ikut perlombaan. Namun belum saja mereka mendaftar, Didi telah merasa gentar terlebih dahulu setelah mengetahui ternyata anjing-anjing yang akan menjadi lawan mereka bukanlah sekedar anjing geladak biasa, melainkan anjing-anjing juara yang lebih memiliki banyak pengalaman, bahkan konon berita yang mereka dapatkan beberapa anjing ras collie dan rottweiller juga akan ikut ambil bagian. Tak urung nyali Didi semakin ciut, dalam pikirannya bagaimana mungkin anjing kecil seperti dirinya bisa menang melawan para raksasa-raksasa anjing tersebut, bisa-bisa nanti justru dirinya jadi bulan-bulanan anjing-anjing tersebut.

Sementara sahabatnya, Buster, yang tak pernah mengenal kata menyerah tentunya tetap mendaftarkan diri dalam perlombaan tersebut. Buster masih mencoba untuk membujuk Didi, diberitahunya pada Didi bahwa tak ada salahnya mereka mencoba, urusan menang atau kalah itu hal belakangan. Tapi Didi tetap kukuh pada pendiriannya.

Tak terasa waktu perlombaan itu pun akhirnya tiba. Rupanya banyak juga peserta yang turut berlomba.

Perlombaan dibagi dalam tiga babak. Babak ‘Uji Nyali’, babak ‘Ketangkasan’, dan babak ‘Kecepatan’.

Babak pertama pun dimulai, para peserta diharuskan untuk mengambil masing-masing 3 buah tulang emas yang dipersiapkan panitia dan ditaruh di tempat-tempat yang cukup berbahaya. Satu tulang ditaruh di bebatuan yang berada di tengah-tengah sungai di dekat air terjun, tentu hal yang sangat sulit dilakukan mengingat arus sungai yang sangat deras. Tulang yang kedua diletakkan di puncak sebuah bukit namun untuk mendapatkannya para peserta mesti melewati jalanan di lereng yang terjal, sedikit saja mereka salah melangkah maka jurang telah menanti mereka jauh di bawah. Sementara tulang yang terakhir berada di dalam sebuah gua yang katanya ada begitu banyak ular berbisa yang menempati tempat tersebut.

Beberapa anjing-anjing collie dan rottweiller dengan cukup mudah melewati rintangan-rintangan itu. Walau begitu beberapa ada yang gagal dan terhanyut di sungai atau menderita luka-luka karena terjatuh di jurang sementara ada pula yang karena tak berani menghadapi ular berbisa akhirnya menolak memasuki gua yang gelap itu.

Sementara Buster sendiri pun cukup kepayahan melewati babak pertama ini. Ia sempat terseret arus walau akhirnya berhasil menyelamatkan diri dengan buru-buru melompat ke atas sebuah batu. Namun sayangnya Buster hanya berhasil membawa dua buah tulang emas. Sementara tulang yang ketiga tak berhasil di dapatnya karena ketika hendak mengambil tulang tersebut tiba-tiba seekor ular jenis python membelit tubuhnya, dia hampir saja menjadi santapan ular tersebut kalau saja dia dengan cukup cerdik berhasil meloloskan diri.

Namun meskipun begitu, Buster tetap lolos untuk maju dalam babak selanjutnya. Pada babak kedua, babak ‘Ketangkasan’, Buster yang memang cukup cerdas berhasil memperoleh skor tertinggi dan melangkah dengan mudah menuju babak terakhir.

Sahabatnya Didi terus setia menyaksikan perlombaan dan mendukung Buster. Walau Ia merasa ngeri saat menyaksikan perlombaan pada babak pertama, namun terbersit sedikit rasa sesal di hatinya karena tak ikut mendaftarkan diri. Ditatapnya Buster yang tersenyum karena berhasil mengalahkan para anjing-anjing raksasa tersebut di babak kedua. ‘Bisa saja akulah yang berdiri disana dengan senyum menghiasi wajah’ lirihnya.

Setelah peserta yang tersisa diberi waktu 30 menit untuk istirahat, akhirnya tibalah babak terakhir, babak penentuan.

Seluruh peserta yang kini hanya tersisa lima ekor terdiri dari Buster, Sebas (seekor anjing Collie), Ruffy dan Rockie yang merupakan anjing ras Rottweiller dan satu lagi Spotty (anjing jenis Dalmatian), akan melakukan perlombaan lari melintasi lapangan rumput disisi luar kota dan kemudian mereka akan melewati sebuah bukit kecil lalu kembali melintasi sungai menuju hutan untuk kembali ke kota.

Dan siapapun yang tiba terlebih dahulu dialah yang akan keluar menjadi pemenang dan berhak untuk mendapatkan hadiah yang telah dijanjikan. Peluit dibunyikan dan peserta mulai berlari sekencang yang mereka bisa. Dengan mudah Rockie, anjing yang memang sudah terkenal dengan segala kelebihannya, berhasil mengungguli peserta lainnya. Perlombaan berlangsung cukup seru, keempat anjing raksasa Sebas, Ruffy, Rockie dan Spottie saling bersaing merebut posisi pertama. Sementara Buster sendiri, cukup kesulitan mengejar empat anjing lainnya. Ia sudah mengerahkan segala tenaganya untuk mengejar, namun sepertinya mereka semua memang bukan tandingan Buster.

Dan akhirnya seperti yang telah diperkirakan para penduduk Kota Binatang, Rockie-lah yang akhirnya berhasil memenangkan pertandingan.

Buster yang finish di urutan terakhir, sesaat merasa begitu kecewa saat melihat Rockie yang naik ke atas podium.

“Aksi yang kamu tunjukkan dalam perlombaan ini sangatlah menarik anjing muda, aku sangat menikmatinya.” ujar seekor anjing tua.

Dan Buster pun tersenyum bangga melupakan rasa kecewa terhadap kekalahannya.

Pesan moral:

Terkadang karena rasa takut berlebihan yang telah meliputi pikiran kita tentang sebuah kegagalan, kita malah tak jarang justru melepas sebuah kesempatan yang ada di depan mata. Seperti halnya yang terjadi pada Didi, si anjing kecil. Pikiran negatif yang menguasai dirinya justru mengaburkan pandangannya akan semua kelebihan-kelebihan yang sebenarnya dimilikinya. Dan apa yang tersisa? Tentu hanyalah penyesalan.

Maka baiklah jika kiranya kita bisa seperti Buster muda, yang di dalam kamusnya tak ada kata menyerah sebelum mencoba. Tiada yang tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dan jika kita ingin berhasil tentulah kita harus melakukan aksi. Walaupun ternyata kita akhirnya gagal, tapi itu jauh lebih baik daripada kita melakukan sesuatu apapun.

Note:

You may be disappointed if you fail, but you are doomed if you don’t try - Beverly Sills

Bergerak

“Sebagian besar orang yang melihat belum tentu bergerak, dan yang bergerak belum tentu menyelesaikan (perubahan). ”

Kalimat ini mungkin sudah pernah Anda baca dalam buku baru Saya, “ChaNge”. Minggu lalu, dalam sebuah seminar yang diselenggarakan Indosat, iseng-iseng Saya mengeluarkan dua lembaran Rp 50.000. Ditengah-tengah ratusan orang yang tengah menyimak isi buku, Saya tawarkan uang itu. “Silahkan, siapa yang mau boleh ambil,” ujar Saya. Saya menunduk ke bawah menghindari tatapan ke muka audiens sambil menjulurkan uang Rp 100.000.

Seperti yang Saya duga, hampir semua audiens hanya diam terkesima. Saya ulangi kalimat Saya beberapa kali dengan mimik muka yang lebih serius. Beberapa orang tampak tersenyum, ada yang mulai menarik badannya dari sandaran kursi, yang lain lagi menendang kaki temannya. Seorang ibu menyuruh temannya maju, tetapi mereka semua tak bergerak. Belakangan, dua orang pria maju ke depan sambil celingak-celinguk. Orang yang maju dari sisi sebelah kanan mulanya bergerak cepat, tapi ia segera menghentikan langkahnya dan termangu, begitu melihat seseorang dari sisi sebelah kiri lebih cepat ke depan. Ia lalu kembali ke kursinya.

Sekarang hanya tinggal satu orang saja yang sudah berada di depan Saya. Gerakannya begitu cepat, tapi tangannya berhenti manakala uang itu disentuhnya. Saya dapat merasakan tarikan uang yang dilakukan dengan keragu-raguan. Semua audiens tertegun.

Saya ulangi pesan Saya, “Silahkan ambil, silahkan ambil.” Ia menatap wajah Saya, dan Saya pun menatapnya dengan wajah lucu. Audiens tertawa melihat keberanian anak muda itu. Saya ulangi lagi kalimat Saya, dan Ia pun merampas uang kertas itu dari tangan Saya dan kembali ke kursinya. Semua audiens tertawa terbahak-bahak. Seseorang lalu berteriak, “Kembalikan, kembalikan!” Saya mengatakan, “Tidak usah. Uang itu sudah menjadi miliknya.”

Setidaknya, dengan permainan itu seseorang telah menjadi lebih kaya Rp.100.000. Saya tanya kepada mereka, mengapa hampir semua diam, tak bergerak. Bukankah uang yang Saya sodorkan tadi adalah sebuah kesempatan? Mereka pun menjawab dengan berbagai alasan:

“Saya pikir Bapak cuma main-main ………… ”
“Nanti uangnya toh diambil lagi.”
“Malu-maluin aja.”
“Saya tidak mau kelihatan nafsu. Kita harus tetap terlihat cool!”
“Saya enggak yakin bapak benar-benar akan memberikan uang itu …..”
“Pasti ada orang lain yang lebih membutuhkannya. …”
“Saya harus tunggu dulu instruksi yang lebih jelas…..”
“Saya takut salah, nanti cuma jadi tertawaan doang……. ..”
“Saya, kan duduk jauh di belakang…”
dan seterusnya.

Saya jelaskan bahwa jawaban mereka sama persis dengan tindakan mereka sehari-hari. Hampir setiap saat kita dilewati oleh rangkaian opportunity (kesempatan) , tetapi kesempatan itu dibiarkan pergi begitu saja. Kita tidak menyambarnya, padahal kita ingin agar hidup kita berubah. Saya jadi ingat dengan ucapan seorang teman yang dirawat di sebuah rumah sakit jiwa di daerah Parung. Ia tampak begitu senang saat Saya dan keluarga membesuknya. Sedih melihat seorang sarjana yang punya masa
depan baik terkerangkeng dalam jeruji rumah sakit bersama orang-orang tidak waras. Saya sampai tidak percaya ia berada di situ. Dibandingkan teman-temannya, ia adalah pasien yang paling waras. Ia bisa menilai “gila” nya orang di sana satu persatu dan berbicara waras dengan Saya. Cuma, matanya memang tampak agak merah. Waktu Saya tanya apakah ia merasa sama dengan mereka, ia pun protes. “Gila aja….ini kan gara-gara saudara-saudara Saya tidak mau mengurus Saya. Saya ini tidak gila.
Mereka itu semua sakit…..”. Lantas, apa yang kamu maksud ’sakit’?”

“Orang ’sakit’ (gila) itu selalu berorientasi ke masa lalu, sedangkan Saya selalu berpikir ke depan. Yang gila itu adalah yang selalu
mengharapkan perubahan, sementara melakukan hal yang sama dari hari ke hari…..,” katanya penuh semangat.” Saya pun mengangguk-angguk.

Pembaca, di dalam bisnis, gagasan, pendidikan, pemerintahan dan sebagainya, Saya kira kita semua menghadapi masalah yang sama. Mungkin benar kata teman Saya tadi, kita semua mengharapkan perubahan, tapi kita tak tahu harus mulai dari mana. Akibatnya kita semua hanya melakukan hal yang sama dari hari ke hari, Jadi omong kosong perubahan akan datang.
Perubahan hanya bisa datang kalau orang-orang mau bergerak bukan hanya dengan omongan saja.

Dulu, menjelang Soeharto turun orang-orang sudah gelisah, tapi tak banyak yang berani bergerak. Tetapi sekali bergerak, perubahan seperti menjadi tak terkendali, dan perubahan yang tak terkendali bisa menghancurkan misi perubahan itu sendiri, yaitu perubahan yang menjadikan hidup lebih baik. Perubahan akan gagal kalau pemimpin-pemimpinny a hanya berwacana saja. Wacana yang kosong akan destruktif.

“Manajemen tentu berkepentingan terhadap bagaimana menggerakkan orang-orang yang tidak cuma sekedar berfikir, tetapi berinisiatif, bergerak, memulai, dan seterusnya.”

Get Started. Get into the game. Get into the playing field, Now. Just do it!

“Janganlah mereka dimusuhi, jangan inisiatif mereka dibunuh oleh orang-orang yang bermental birokratik yang bisanya cuma bicara di dalam rapat dan cuma membuat peraturan saja.”

Makanya tranformasi harus bersifat kultural, tidak cukup sekedar struktural. Ia harus bisa menyentuh manusia, yaitu manusia-manusia yang aktif, berinisiatif dan berani maju.

Manusia pemenang adalah manusia yang responsif. Seperti kata Jack Canfield, yang menulis buku Chicken Soup for the Soul, yang membedakan antara winners dengan losers adalah :

“Winners take action…they simply get up and do what has to be done…”.

Selamat bergerak!

Rhenald Kasali

Manusia Dalam Menghadapi Tekanan Hidup

“Semua kesulitan sesungguhnya merupakan kesempatan bagi jiwa kita untuk tumbuh” (John Gray)

Pembaca, hidup memang tidak lepas dari berbagai tekanan. Lebih-lebih,hidup di alam modern ini yang menyuguhkan beragam risiko. Sampai seorang sosiolog Ulrich Beck menamai jaman kontemporer ini dengan masyarakat risiko (risk society). Alam modern menyuguhkan perubahan cepat dan tak jarang mengagetkan.

Nah, tekanan itu sesungguhnya membentuk watak, karakter, dan sekaligus menentukan bagaimana orang bereaksi di kemudian hari. Pembaca, pada kesempatan ini, saya akan memaparkan empat tipe orang dalam menghadapi berbagai tekanan tersebut. Mari kita bahas satu demi satu tipe manusia dalam menghadapi tekanan hidup ini.

Tipe pertama, tipe kayu rapuh. Sedikit tekanan saja membuat manusia ini patah arang. Orang macam ini kesehariannya kelihatan bagus. Tapi, rapuh sekali di dalam hatinya. Orang ini gampang sekali mengeluh pada saat kesulitan terjadi.

Sedikit kesulitan menjumpainya, orang ini langsung mengeluh, merasa tak berdaya, menangis, minta dikasihani atau minta bantuan. Orang ini perlu berlatih berpikiran positif dan berani menghadapi kenyataan hidup.

Majalah Time pernah menyajikan topik generasi kepompong (cacoon generation). Time mengambil contoh di Jepang, di mana banyak orang menjadi sangat lembek karena tidak terbiasa menghadapi kesulitan. Menghadapi orang macam ini, kadang kita harus lebih berani tega. Sesekali mereka perlu belajar dilatih menghadapi kesulitan. Posisikan kita sebagai pendamping mereka.

Tipe kedua, tipe lempeng besi. Orang tipe ini biasanya mampu bertahan dalam tekanan pada awalnya. Namun seperti layaknya besi, ketika situasi menekan itu semakin besar dan kompleks, ia mulai bengkok dan tidak stabil. Demikian juga orang-orang tipe ini. Mereka mampu menghadapi tekanan, tetapi tidak dalam kondisi berlarut-larut.

Tambahan tekanan sedikit saja, membuat mereka menyerah dan putus asa. Untungnya, orang tipe ini masih mau mencoba bertahan sebelum akhirnya menyerah. Tipe lempeng besi memang masih belum terlatih. Tapi, kalau mau berusaha, orang ini akan mampu membangun kesuksesan dalam hidupnya.

Tipe ketiga, tipe kapas. Tipe ini cukup lentur dalam menghadapi tekanan. Saat tekanan tiba, orang mampu bersikap fleksibel. Cobalah Anda menekan sebongkah kapas. Ia akan mengikuti tekanan yang terjadi.
Ia mampu menyesuaikan saat terjadi tekanan. Tapi, setelah berlalu, dengan cepat ia bisa kembali ke keadaan semula. Ia bisa segera melupakan masa lalu dan mulai kembali ke titik awal untuk memulai lagi.

Tipe keempat, tipe manusia bola pingpong. Inilah tipe yang ideal dan terhebat. Jangan sekali-kali menyuguhkan tekanan pada orang-orang ini karena tekanan justru akan membuat mereka bekerja lebih giat, lebih termotivasi, dan lebih kreatif. Coba perhatikan bola pingpong. Saat ditekan, justru ia memantuk ke atas dengan lebih dahsyat. Saya teringat kisah hidup motivator dunia Anthony Robbins dalam salah satu biografinya.

Untuk memotivasi dirinya, ia sengaja membeli suatu bangunan mewah, sementara uangnya tidak memadai. Tapi, justru tekanan keuangan inilah yang membuat dirinya semakin kreatif dan tertantang mencapai tingkat finansial yang diharapkannya. Hal ini pernah terjadi dengan seorang kepala regional sales yang performance- nya bagus sekali.

Bangun network

Tetapi, hasilnya ini membuat atasannya tidak suka. Akibatnya, justru dengan sengaja atasannya yang kurang suka kepadanya memindahkannya ke daerah yang lebih parah kondisinya. Tetapi, bukannya mengeluh seperti rekan sebelumnya di daerah tersebut. Malahan, ia berusaha membangun netwok, mengubah cara kerja, dan membereskan organisasi. Di tahun kedua di daerah tersebut, justru tempatnya berhasil masuk dalam daerah tiga top sales.

Contoh lain adalah novelis dunia Fyodor Mikhailovich Dostoevsky. Pada musim dingin, ia meringkuk di dalam penjara dengan deraan angin dingin, lantai penuh kotoran seinci tebalnya, dan kerja paksa tiap hari. Ia mirip ikan herring dalam kaleng. Namun, Siberia yang beku tidak berhasil membungkam kreativitasnya.

Dari sanalah ia melahirkan karya-karya tulis besar, seperti The Double dan Notes of The Dead. Ia menjadi sastrawan dunia. Hal ini juga dialami Ho Chi Minh. Orang Vietnam yang biasa dipanggil Paman Ho ini harus meringkuk dalam penjara. Tapi, penjara tidaklah membuat dirinya patah arang. Ia berjuang dengan puisi-puisi yang ia tulis. A Comrade Paper Blanket menjadi buah karya kondangnya.

Nah, pembaca, itu hanya contoh kecil. Yang penting sekarang adalah Anda. Ketika Anda menghadapi kesulitan, seperti apakah diri Anda? Bagaimana reaksi Anda? Tidak menjadi persoalan di mana Anda saat ini.
Tetapi, yang penting bergerajavascript:void(0)
Publish Postklah dari level tipe kayu rapuh ke tipe selanjutnya. Hingga akhirnya, bangun mental Anda hingga ke level bola pingpong. Saat itulah, kesulitan dan tantangan tidak lagi menjadi suatu yang mencemaskan untuk Anda. Sekuat itukah mental Anda?

Sumber: 4 Tipe Manusia Hadapi Tekanan Hidup oleh Anthony Dio Martin

Bicara dengan Bahasa Hati

Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta.
Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasih sayang.
Tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh ketulusan.
Tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh ketekunan.
Tak ada batu keras yang tak dapat dipecahkan oleh kesabaran.
Semua itu haruslah berasal dari hati anda.

Bicaralah dengan bahasa hati, maka akan sampai ke hati pula.
Kesuksesan bukan semata-mata betapa keras otot dan betapa
tajam otak anda, namun juga betapa lembut hati anda dalam
menjalani segala sesuatunya.

Anda tak kan dapat menghentikan tangis seorang bayi hanya
dengan merengkuhnya dalam lengan yang kuat.
Atau, membujuknya dengan berbagai gula-gula dan kata-kata manis.
Anda harus mendekapnya hingga ia merasakan detak jantung yang tenang
jauh di dalam dada anda.

Mulailah dengan melembutkan hati sebelum memberikannya pada
keberhasilan anda.

Makna Cinta dan Pernikahan

Suatu ketika plato terlibat perbincangan dengan dengan gurunya.... Plato menanyakan makna Cinta dan gurunya pun menjawab : "Masuklah kedalam hutan, pilih dan ambilah satu ranting yang menurutmu paling baik, tetapi engkau haruslah berjalan kedepan dan jangan kembali kebelakang. Pada saat kau memutuskan pilihanmu, keluarlah dari hutan dengan ranting tersebut".

Maka masuklah plato kedalam hutan dan keluarlah Plato tanpa membawa sebatang rantingpun. Gurunya pun bertanya, maka jawab Plato :"Saya sebenarnya sudah menemukan ranting yang bagus, tetapi saya berpikir barangkali didepan saya ada ranting yang lebih baik. Tetapi setelah saya berjalan kedepan ternyata ranting yang sudah saya tinggalkan tadilah yang terbaik.Maka saya keluar dari hutan tanpa membawa apa-apa".

Guru itupun berkata; "Itulah cinta". Kita selalu ingin mencari yang terbaik, terindah dan sesuai dengan yang kita harapkan….namun tanpa sadar justru kita tidak mendapatkan apa2, sementara sang waktu akan terus berjalan.

Lalu plato pun bertanya apakah makna pernikahan?
Gurupun menjawab; " Sama seperti ranting tadi, namun kali ini engkau haruslah membawa satu pohon yang kau pikir paling baik dan bawalah keluar dari hutan.

Maka masuklah plato kedalam hutan dan keluarlah plato dengan membawa pohon yang tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu indah. Gurunya pun bertanya, maka jawab Plato :"Saya bertemu pohon yang indah daunnya, besar batangnya.... tetapi saya tak dapat memotongnya dan pastilah saya tak mampu membawanya keluar dari dalam hutan.... akhirnya saya tinggalkan.
Kemudian saya menemui pohon yang tidak terlalu buruk, tidak terlalu tinggi dan saya pikir mampu membawanya karena mungkin saya tidak mungkin menemui pohon seperti ini didepan sana. Akhirnya saya pilih pohon ini karena saya yakin mampu merawatnya dan menjadikannya indah.

Lalu sang guru berkata :"Itulah makna pernikahan". Begitu banyak pilihan didepan kita seperti pohon-pohon dan ranting-rantingnya didalam hutan. Tapi kita mesti menentukan satu pilihan karena kesempatan itu hanya satu kali. Kita harus terus maju seperti waktu yang beredar kedepan yang tidak pernah tersimpan pada hari semalam, kemarin atau bersemayam pada masa lalu kita.

Dua Pemancing Hebat

Diceritakan tentang sebuah kejadian yang dialami dua orang pemancing yang sama-sama hebat, berinisial A dan B. Kedua pemancing itu selalu mendapatkan banyak ikan. Pernah kedua pemancing tersebut didatangi oleh 10 pemancing lain ketika memancing di sebuah danau. Seperti biasa, kedua pemancing itu mendapatkan cukup banyak ikan. Sedangkan 10 pemancing lainnya hanya bisa gigit jari, karena tak satupun ikan menghampiri kail mereka.Ke sepuluh pemancing amatir itu ingin sekali belajar cara memancing kepada kedua pemancing hebat tersebut. Tetapi keinginan mereka tidak direspon oleh pemancing berinisial A. Sebaliknya, pemancing berinisial A tersebut menunjukkan sikap kurang senang dan terganggu oleh kehadiran pemancing-pemancing amatir itu.

Tetapi pemancing berinisial B menunjukkan sikap yang berbeda. Ia bersedia menjelaskan tehnik memancing yang baik kepada ke-10 pemancing lainnya, dengan syarat masing-masing diantara mereka harus memberikan seekor ikan kepada B sebagai bonus jika masing-masing diantara mereka mendapatkan 10 ekor ikan. Tetapi jika jumlah ikan tangkapan masing-masing diantara mereka kurang dari 10, maka mereka tidak perlu memberikan apapun.

Persyaratan tersebut disetujui, dan mereka dengan cepat belajar tentang tehnik memancing kepada B. Dalam waktu dua jam, masing-masing diantara pemancing itu mendapatkan sedikitnya sebakul ikan. Otomatis si B mendapatkan banyak keuntungan. Disamping mendapatkan `bonus' ikan dari masing-masing pemancing bimbingannya, si B juga mendapatkan 10 orang teman baru. Sementara pemancing A, yang pelit membagi ilmu, tidak mendapatkan keuntungan sebesar keuntungan yang didapatkan oleh
si B.

Pesan:
Kisah di atas menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan akan jauh lebih bermanfaat bila diamalkan. "Hanya dengan cara kita mengembangkan orang lain yang membuat kita berhasil selamanya," kata Harvey S. Fire Stone. Karena tindakan tersebut disamping menjadikan kita lebih menguasai ilmu pengetahuan, kita juga mendapatkan keuntungan dari segi finansial, pengembangan hubungan sosial, dan lain
sebagainya. "Jika Anda membantu lebih banyak orang untuk mencapai impiannya, impian Anda akan tercapai," imbuh Zig Ziglar, seorang motivator ternama di Amerika Serikat.

Bentuk pemberian tak harus berupa uang, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya, melainkan juga dalam bentuk kasih sayang, perhatian, loyalitas, motivasi, bimbingan dan lain sebagainya semampu yang dapat kita berikan. "Make yourself necessary to somebody. – Jadikan dirimu berarti bagi orang lain," kata Ralph Waldo Emerson. Kebiasaan memberi seperti itu selain memudahkan kita memperluas jalinan hubungan sosial, tetapi juga membangun optimisme karena merasa kehidupan kita lebih berarti.

Sumber: Dua Pemancing Yang Hebat oleh Andrew Ho. Andrew Ho adalah seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku

The Present

Tiga Cara Untuk Memanfaatkan Masa Sekarang Hari Ini

BERADA PADA MASA SEKARANG

Jika Anda ingin lebih bahagia dan lebih sukses
Fokuslah pada apa yang ada pada Masa Sekarang
Responlah pada hal yang penting sekarang

BELAJAR DARI MASA LALU

Jika Anda ingin menjadikan Masa Sekarang lebih baik daripada Masa Lalu
Lihatlah apa yang telah terjadi pada Masa Lalu
Belajarlah sesuatu yang berharga dari hal tersebut
Lakukan hal yang berbeda pada Masa Sekarang

RENCANAKAN MASA DEPAN

Jika Anda ingin Masa Depan yang lebih baik daripada Masa Sekarang
Lihatlah Masa Depan seperti apa yang Anda inginkan
Buatlah rencana untuk mewujudkannya
Tindak lanjuti rencana itu pada Masa Sekarang

(dikutip dari Spencer “The Present” Johnson)

Kera dan Ikan

Seekor kera tinggal di sebuah pohon di tepi telaga. Di telaga itu antara lain tinggal seekor ikan yang menjadi sahabat sang kera. Setiap hari mereka bercakap-cakap dengan akrabnya. Mereka merasa begitu cocok satu sama lain. Kepada sang ikan, sang kera kerap menceritakan apa-apa saja yang dilihatnya dari atas pohon. Juga pengalaman-pengalamannya bersama teman-temannya. Sang ikan pun menceritakan kepada sang kera situasi di bawah air dan kehidupannya bersama teman-temannya. Bertahun-tahun mereka menjalin persahabatan.

Pada suatu hari turun hujan lebat sehingga air di telaga itu semakin naik dan semakin naik. Dari atas pohon sang kera dapat melihat, bahwa kalau air terus naik semakin tinggi dan terjadi banjir, maka sang ikan, sahabatnya akan terbawa air entah ke mana. Saking cintanya dia pada sang sahabat, begitu ada kesempatan, segera disambarnya sang sahabat dan dibawanya ke atas pohon. Dia mengira, bahwa dia telah menyelamatkan sahabatnya, tetapi dengan sedih dia melihat bahwa tindakannya itu justru membuat dia kehilangan sang sahabat selama-lamanya.

Renungkanlah!!

Pernahkah kamu merasa sangat begitu sulit untuk bisa memejamkan mata dan tertidur?
-Cobalah kamu membayangkan bagaimana dengan para gelandangan yang tak memiliki kasur untuk berbaring di atasnya!

Pernahkah kamu merasa memiliki hari yang sangat buruk dalam pekerjaan?
-Cobalah memikirkan seseorang yang telah tiga bulan lamanya sejak ia diberhentikan dari pekerjaannya.

Pernahkah kamu merasa begitu frustasi akan hubunganmu dengan kekasih yang semakin memburuk?
-Cobalah memikirkan seseorang yang belum pernah merasakan seperti apa rasanya mencintai dan dicintai kembali olehnya!

Pernahkah kamu merasa khawatir begitu menyadari tumbuhnya rambut putih saat kamu berkaca?
-Cobalah bayangkan para penderita kanker yang menjalani kemoterapi, yang berharap rambutnya dapat tumbuh kembali!

Pernahkah kamu merasa dirimu berada dalam sebuah kekalahan dan bertanya-tanya tentang hidup dan apa tujuanku?
-Berterima kasihlah. Karena diluar sana ada begitu banyak orang yang tak diberi hidup yang panjang untuk mendapatkan kesempatan-kesempatan dalam hidup!

Pernahkah kamu menemukan dirimu merupakan korban dari orang-orang yang telah menyakitimu, membuatmu sedih, menolakmu, mengucilkanmu?
-Ingatlah, bisa saja yang lebih buruk yang menimpamu. Kamu mungkin saja menjadi pihak-pihak yang menyakiti itu!

Pribadi-Pribadi yang Disukai

Ketulusan

Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai oleh semua orang. Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang yang tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura- pura, mencari-cari alasan atau memutarbalikkan fakta. Prinsipnya “Ya diatas Ya dan Tidak diatas Tidak”.
Tentu akan lebih ideal bila ketulusan yang selembut merpati itu diimbangi dengan kecerdikan seekor ular. Dengan begitu, ketulusan tidak menjadi keluguan yang bisa merugikan diri sendiri.

Kerendahan Hati

Berbeda dengan rendah diri yang merupakan kelemahan, kerendah hatian justru mengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa membuat orang yang diatasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya tidak merasa minder.

Kesetiaan

Kesetiaan sudah menjadi barang langka & sangat tinggi harganya. Orang yang setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janji, punya komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.

Positive Thinking

Orang yang bersikap positif (positive thinking) selalu berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang lain, lebih suka bicara mengenai harapan daripada keputusasaan, lebih suka mencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam, dan sebagainya.

Keceriaan

Karena tidak semua orang dikaruniai temperamen ceria, maka keceriaan tidak harus diartikan ekspresi wajah dan tubuh tapi sikap hati. Orang yang ceria adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu berusaha meraih kegembiraan. Dia bisa mentertawakan situasi, orang lain, juga dirinya sendiri. Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorong semangat orang lain.

Bertanggung jawab

Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya.
Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk disalahkan. Bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan menyalahkan siapapun. Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya.

Percaya Diri

Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang yang percaya diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Dia tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik.

Kebesaran Jiwa

Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seseorang memaafkan orang lain.
Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan permusuhan. Ketika menghadapi masa- masa sukar dia tetap tegar, tidak membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.

Easy Going

Orang yang easy going menganggap hidup ini ringan. Dia tidak suka membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Dia tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalah yang berada di luar kontrolnya.

Empati

Empati adalah sifat yang sangat mengagumkan. Orang yang berempati bukan saja pendengar yang baik tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain.
Ketika terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Dia selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.

(Dikutip dari Kartu Pintar produksi Visi Victory Bandung)

Cerita Tentang Katak Kecil

Pada suatu hari ada sekumpulan katak-katak kecil yang berlomba-lomba,…
Tujuannya adalah mencapai puncak sebuah menara yang sangat tinggi,…
Penonton berkumpul bersama mengelilingi menara untuk menyaksikan perlombaan dan memberikan semangat kepada para peserta,...

Perlombaan pun dimulai,...

Secara jujur:
Tak satupun penonton benar-benar percaya bahwa katak-katak kecil akan bisa berhasil mencapai puncak menara,...

Terdengar ada yang berkata:
"Oh, jalannya terlalu susahhhhh!!
Mereka TIDAK AKAN BISA sampai ke puncak."
atau:
"Tidak ada kesempatan untuk berhasil...Menaranya terlalu tinggi...!!

...,Katak-Katak kecil mulai berjatuhan. Satu persatu,...
Kecuali mereka yang tetap bersemangat menaiki menara perlahan- lahan semakin tinggi...dan semakin tinggi,...

Penonton terus bersorak,…

"Terlalu susah!!! Tak seekor pun yang akan berhasil!!!"

Lebih banyak lagi katak kecil yang lelah dan menyerah,...

...,Tapi ada SATU yang tetap melangkah hingga semakin tinggi dan tinggi,...
Dia tak kenal menyerah kalah!

Akhirnya yang lain telah menyerah untuk menaiki menara. Kecuali seekor katak kecil yang begitu berusaha keras dan menjadi satu-satunya yang BERHASIL sampai KE PUNCAK!

SEMUA katak kecil yang lain ingin tahu bagaimana katak ini bisa melakukannya?

Seekor peserta bertanya bagaimana cara katak yang berhasil itu mempunyai kekuatan untuk mencapai tujuan?

Ternyata,...

Katak yang menjadi pemenang itu TULI!!!!


Moral yang dapat kita petik dari cerita ini adalah:
Jangan sekali kali mendengar kata orang lain yang mempunyai kecenderungan negatif ataupun pesimis,...
Karena mereka akan mengambil sebahagian besar mimpi kita dan menjauhkannya dari kita,...
Selalulah ingat kata-kata bertuah yang ada,...
Karena segala sesuatu yang kita dengar dan kita baca akan mempengaruhi perilaku kita!

Karena itu:
Selalu tetap....
POSITIVE!

Dan yang terpenting:
Bersikap TULI jika ada orang mengatakan bahwa KITA tidak bisa mencapai cita-cita kita!

Selalu berpikir:
I CAN DO THIS!

Berlayarlah!!!

Anda adalah perahu kokoh yang sanggup menahan beban, terbuat dari kayu terbaik, dengan layar gagah menentang angin...

Kesejatian anda adalah berlayar mengarungi samudra, menembus badai dan menemukan pantai harapan...

Sehebat apapun perahu diciptakan, tak ada gunanya bila hanya tertambat di dermaga. Dermaga adalah masa lalu anda...

Tali penambat itu adalah ketakutan dan penyesalan anda...
Jangan buang percuma seluruh daya kekuatan yang dianugerahkan pada anda. Jangan biarkan masa lalu menambat anda di situ. Lepaskan diri anda dari ketakutan dan penyesalan...

Berlayarlah...

Bekerjalah...

Yang memisahkan perahu dengan pantai harapan adalah topan badai, gelombang dan batu karang...
Yang memisahkan anda dengan keberhasilan adalah masalah yang menantang...

Di situlah tanda kesejatian teruji. Hakikatnya perahu adalah berlayar menembus segala rintangan. Hakikat diri anda adalah berkarya menemukan kebahagiaan...

Tiap Hari adalah Istimewa

Kakak iparku membuka laci lemari pakaian kakakku yang paling bawah, lalu mengambil sesuatu terbungkus tissue putih dan mengulurkannya kepadaku sambil berkata: “Ini pakaian dalam yang sangat spesial.”

Kubuka bungkusan itu, dan kutemukan sebuah pakaian dalam yang sangat menawan, lembut, terbuat dari sutera, disulam tangan, dengan tali sangat lembut. Tag harga masih tertempel, dengan kode-kode penjualannya yang rumit.

“Jane membelinya 8 atau 9 tahun yang lalu, dan belum pernah memakainya.Katanya ia ingin memakainya untuk suatu kesempatan yang sangat istimewa.Yah, rasanya inilah hari yang istimewa itu,” kata kakak iparku lemah.

Ia mengambil pakaian dalam itu dari tanganku, dan meletakkannya di tas tempat tidur, bersama dengan pakaian lainnya yang kami persiapkan untuk dibawa ke rumah duka.

Ia memegang pakaian dalam itu sejenak, dan dengan tiba-tiba ia menutup laci tersebut keras-keras sambil berkata keras padaku: “Jangan pernah menyimpan sesuatu yang istimewa untuk kesempatan istimewa. Hidupmu tiap hari adalah istimewa.”

Aku terus ingat kata-kata tersebut sepanjang upacara pemakaman dan hari-hari sesudahnya. Saya membantu dia dan keponakan-keponakan saya untuk melewati hari-hari berkabung setelah kematian kakakku yang mendadak. Aku juga terus memikirkan mereka sepanjang penerbanganku kembali ke California dari kota Midwestern di mana kakakku tinggal. Aku juga memikirkan hal-hal yang belum sempat didengar, dilihat atau dikerjakan oleh almarhum kakakku.

Aku juga memikirkan hal-hal yang sudah ia kerjakan tanpa menyadari Bahwa hal-hal tersebut sungguh sangat spesial. Aku terus memikirkan kata-kata kakak iparku, dan sepertinya kata-kata yang ia ucapkan saat hatinya penuh duka tersebut telah mengubah hidupku. Mendadak sepertinya aku telah membaca sedemikian banyak buku tentang kehidupan.

Aku lalu memandang ke luar jendela dan menikmati pemandangan udara yang indah, tanpa pusing lagi memikirkan bagaimana kebun kesayanganku yang telah kutinggal pergi beberapa hari.

Sesampai di rumahku sendiri,aku lalu menyempatkan diri untuk lebih banyak berkumpul dengan keluargaku dan teman-temanku, dan langsung mengurangi kegiatan rapat-rapatku. Apabila diperlukan, hidup ini semestinya dipenuhi pola-pola untuk pengalaman tentang kenikmatan, dan bukan pertahanan serta beban. Sekarang aku mencoba untuk memperhitungkan waktu dengan lebih teliti dan mensyukurinya.

Aku tidak “menyimpan” sesuatu. Kami bahkan menggunakan chinawares (piring-piring buatan cina) dan koleksi kristal kami setiap hari, tanpa menunggu ada pesta, ada tamu atau lainnya.

Ketika kami kehilangan uang, ketika kran air bocor, ketika bunga camelia kami mekar, adalah saat-saat yang kami istimewakan.

Aku pergi ke pasar memakai pakaian yang indah, jika memang sedang ingin. Semua kami lakukan tanpa rasa sayang yang berlebihan terhadap barang-barang tersebut. Teorinya, kalau aku kelihatan lebih berada daripada orang-orang di sekitarku, aku juga akan menjadi tidak pelit terhadap diriku sendiri.

Aku tidak hanya memakai parfum kalau pergi ke pesta.

Pelayan di toko bangunan, tukang sayur di pasar, teller di bank, dan teman-temanku di pesta, memiliki hidung yang berfungsi sama. Kata-kata “suatu hari kelak” ataupun “hari-hari ini”, mempunyai makna yang sama bagiku. Jika ada hal-hal yang layak didengar, ditonton, dibaca atau dikerjakan, aku akan berusaha mendengar, menonton, membaca atau mengerjakannya sekarang juga.

Aku tidak tahu apa kira-kira yang akan almarhum kakakku apabila ia tahu bahwa keesokan harinya (”besok” adalah kata-kata yang tidak pernah kita bayangkan akan tidak terjadi) ia sudah tidak akan ada lagi di dunia ini. Mungkin ia akan menelpon seluruh keluarganya dan beberapa teman dekatnya, mungkin ia akan menelpon teman-teman lamanya dan meminta maaf akan kesalahan-kesalahan yang ia lakukan di masa lalu. Aku bahkan juga membayangkan bahwa ia justru akan pergi ke sebuah restoran cina yang sangat ia sukai.

Tapi semua itu hanya perkiraanku saja. Kita tidak pernah tahu.

Hal-hal tersebut pasti akan membuat aku marah bila belum dapat aku lakukan padahal aku tidak memiliki waktu lagi. Marah karena selama ini aku selalu menunda pertemuan-pertemuan dengan teman-teman baikku, meskipun aku sangat ingin berjumpa dengan mereka.

Marah, karena selama ini aku jarang membalas surat-surat yang aku terima. Marah dan menyesal karena selama ini aku jarang sekali mengatakan pada isteri dan anak-anakku, betapa aku menyayangi mereka. Kini aku selalu mengusahakan untuk tidak menunda atau menahan hal-hal yang sekiranya akan menambah keceriaan, kesulitan atau kesedihan dalam hidup ini. membuat aku tertawa.

Dan setiap pagi, begitu aku membuka mata, aku katakan pada diriku sendiri, bahwa hari itu adalah hari yang spesial. Setiap hari, setiap menit, setiap nafas, adalah benar-benar anugerah yang indah dari Tuhan.

Jika anda membaca artikel ini, pasti karena ada orang yang peduli dan Sayang kepada anda. Jika anda selama ini terlalu sibuk, cobalah berhenti sejenak.

Sempatkan beberapa menit saja memikirkan orang-orang yang dekat di hati anda, teman-teman yang telah memberikan warna pada hidup anda, guru, pembimbing, siapapun. Kalau perlu, forward artikel ini kepada mereka, just to show that you care.

“Good friends must always hold hands, but true friends do not need to hold hands because they know the other hand will always be there.”

Sumber: Los Angeles Times by Ann Wells

Pay It Forward

Saat terlintas keraguan apakah mungkin perbuatan baik yang kecil dan sederhana yang kita lakukan kepada orang lain akan mampu mempengaruhi kehidupan mereka, mungkin Film “PAY IT FORWARD” bisa menjadi pendorong yang memberikan kita semangat untuk selalu tidak jemu-jemu berbuat baik kepada orang lain.

Kisahnya bercerita tentang seorang anak umur delapan tahun bernama Trevor yang berpikir jika dia melakukan kebaikan kepada tiga orang disekitarnya, lalu jika ke tiga orang tersebut meneruskan kebaikan yang mereka terima itu dengan melakukan kepada tiga orang lainnya dan begitu seterusnya, maka dia yakin bahwa suatu saat nanti dunia ini akan dipenuhi oleh orang-orang yang saling mengasihi. Dia menamakan ide tersebut: “PAY IT FORWARD”

Singkat cerita, Trevor memutuskan bahwa tiga orang yang akan menjadi bahan eksperimen adalah mamanya sendiri (yang menjadi single parent), seorang pemuda gembel yang selalu dilihatnya dipinggir jalan dan seorang teman sekelas yang selalu diganggu oleh sekelompok anak-anak nakal.

Percobaanpun dimulai :
Trevor melihat bahwa mamanya yang sangat kesepian, tidak punya teman untuk berbagi rasa, telah menjadi pecandu minuman keras. Trevor berusaha menghentikan kecanduan mamanya dengan cara rajin mengosongkan isi botol minuman keras yang ada dirumah mereka, dia juga mengatur rencana supaya mamanya bisa berkencan dengan guru sekolah Trevor.
Sang mama yang melihat perhatian si anak yang begitu besar menjadi terharu, saat sang mama mengucapkan terima kasih, Trevor berpesan kepada mamanya “PAY IT FORWARD, MOM”

Sang mama yang terkesan dengan yang dilakukan Trevor, terdorong untuk meneruskan kebaikan yang telah diterimanya itu dengan pergi ke rumah ibunya, hubungan mereka telah rusak selama bertahun-tahun dan mereka tidak pernah bertegur sapa, kehadiran sang putri untuk meminta maaf dan memperbaiki hubungan diantara mereka membuat nenek Trevor begitu terharu, saat nenek Trevor mengucapkan terima kasih, si anak berpesan :”PAY IT FORWARD,MOM”

Sang nenek yang begitu bahagia karena putrinya mau memaafkan dan menerima dirinya kembali, meneruskan kebaikan tersebut dengan menolong seorang pemuda yang sedang ketakutan karena dikejar segerombolan orang untuk bersembunyi di mobil si nenek, ketika para pengejarnya sudah pergi, si pemuda mengucapkan terima kasih, si nenek berpesan : “PAY IT FORWARD, SON”.

Si pemuda yang terkesan dengan kebaikan si nenek, terdorong meneruskan kebaikan tersebut dengan memberikan nomor antriannya di rumah sakit kepada seorang gadis kecil yang sakit parah untuk lebih dulu mendapatkan perawatan, ayah si gadis kecil begitu berterima kasih kepada si pemuda ini, si pemuda berpesan kepada ayah si gadis kecil : “PAY IT FORWARD, SIR”

Ayah si gadis kecil yang terkesan dengan kebaikan si pemuda, terdorong meneruskan kebaikan tersebut dengan memberikan mobilnya kepada seorang wartawan TV yang mobilnya terkena kecelakaan pada saat sedang meliput suatu acara, saat si wartawan berterima kasih, ayah si gadis berpesan:”PAY IT FORWARD”

Sang wartawan yang begitu terkesan terhadap kebaikan ayah si gadis, bertekad untuk mencari tau dari mana asal muasalnya istilah “PAY IT FORWARD” tersebut, jiwa kewartawanannya mengajak dia untuk menelusuri mundur untuk mencari informasi mulai dari ayah si gadis, pemuda yang memberi antrian nomor rumah sakit, nenek yang memberikan tempat persembunyian, putri si nenek yang mengampuni, sampai kepada si Trevor yang mempunyai ide tersebut.

Terkesan dengan apa yang dilakukan oleh Trevor, Si wartawan mengatur agar Trevor bisa tampil di Televisi supaya banyak orang yang tergugah dengan apa yang telah dilakukan oleh anak kecil ini. Saat kesempatan untuk tampil di Televisi terlaksana, Trevor mengajak semua pemirsa yang sedang melihat acara tersebut untuk BERSEDIA MEMULAI DARI DIRI MEREKA SENDIRI UNTUK MELAKUKAN KEBAIKAN KEPADA ORANG-ORANG DI SEKITAR MEREKA agar dunia ini menjadi dunia yang penuh kasih.

Namun umur Trevor sangat singkat, dia ditusuk pisau saat akan menolong teman sekolahnya yang selalu diganggu oleh para berandalan, selesai penguburan Trevor, betapa terkejutnya sang Mama melihat ribuan orang tidak henti-hentinya datang dan berkumpul di halaman rumahnya sambil meletakkan bunga dan menyalakan lilin tanda ikut berduka cita terhadap kematian Trevor. Trevor sendiripun sampai akhir hayatnya tidak pernah menyadari dampak yang diberikan kepada banyak orang hanya dengan melakukan kebaikan penuh kasih kepada orang lain.

Mungkinkah saat kita terkagum-kagum menikmati kebaikan Tuhan di dalam hidup kita, dan kita bertanya-tanya kepada Tuhan bagaimana cara untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepadaNya, jawaban Tuhan hanya sesederhana ini: “PAY IT FORWARD to OTHERS around YOU (Teruskanlah itu kepada orang lain yang ada disekitarmu)”

Inspirational Quote

Berikut ini beberapa kumpulan quote-quote (catatan kecil) yang sekiranya diharapkan sedikit banyak dapat memberikan inspirasi buat kita. :)

°
Pandanglah segala sesuatu dari kacamata orang lain.
Apabila hal itu menyakitkan hatimu,
sangat mungkin hal itu menyakitkan hati orang itu pula.

°
Cinta datang kepada mereka yang masih berharap sekalipun pernah dikecewakan,
kepada mereka yang masih percaya sekalipun pernah dikhianati,
kepada mereka yang masih mencintai sekalipun pernah disakiti hatinya.

°
Cinta dimulai dengan sebuah senyuman, bertumbuh
dengan sebuah ciuman dan berakhir dengan tetesan air mata.

°
Patah hati layaknya sebuah gigitan anjing. Rasa sakitnya akan hilang suatu saat, namun bekas lukanya akan selalu tinggal selamanya.

°
If you love someone, let them go. If they return to you, it was meant to be. If they don't, their love was never yours to begin with...

°
Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis,
mereka yang disakiti hatinya,
mereka yang mencari dan
mereka yang mencoba.
Karena hanya mereka itulah yang menghargai pentingnya orang-orang yang pernah hadir dalam hidup mereka.

°
Hidup berakhir saat engkau berhenti bermimpi,
Harapan berakhir saat engkau berhenti percaya, dan
Cinta berakhir saat engkau berhenti menyayangi.

Mimpi, harapan, dan cinta... Yang membuat hidup ini indah...

°
Keindahan dari Persahabatan adalah bukan hanya sekedar mendengarkan ketika kata-kata terucapkan,
Tetapi merasakan dan membagi bahkan di saat tak ada sesuatu apapun yang lain terkecuali keheningan.

°
Persahabatan adalah sebuah hadiah tak ternilai yang tak bisa dibeli ataupun dijual,
Tetapi memiliki seorang sahabat yang begitu pengertian jauh lebih berharga dibandingkan emas permata.

°
Seorang dokter dapat menyelamatkan nyawa kita.
Seorang pengacara dapat membela hidup kita.
Seorang tentara dapat memberi kita hidup yang damai.
Tetapi hanya seorang sahabat sejati yang dapat memberi kita sebuah hidup yang berarti.

°
Sahabat layaknya bintang-bintang,
Kita tak dapat melihatnya setiap saat,
Tetapi kita tahu bahwa mereka ada.

°
Resep sebuah persahabatan adalah:
1 gelas saling berbagi
2 gelas saling menyayangi
3 gelas saling memaafkan & pelukan
Campurkan semua bahan tersebut untuk membuat sebuah PERSAHABATAN yang akan bertahan SELAMANYA.

°
Without Humor, Life sucks.
Without Love, Life seems hopeless.
But without a Friend, Life is nearly impossible.

°
Someone somewhere dreams of your smiles and whilst thinking of you says life is worthwhile.
So when you're lonely, remember its true that someone somewhere is thinking of you.

°
For the world, you may be one person.
But,
For one person, you may be the world.

°
Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dengan beberapa orang yang salah (tidak tepat) sebelum bertemu dengan orang yang tepat,
Kita harus mengerti bagaimana berterima kasih atas karunia itu.

Every Moments in Every Breath

Kisah inspiratif berikut ini sangatlah singkat, tapi mungkin kejadiannya seringkali terjadi pula di tengah-tengah masyarakat kita.

Terkisahlah tentang dua orang bersaudara.

Si sulung yang hidup dengan limpahan kekayaan mengguyuri. Setiap hari tak ada hentinya dia bersenang-senang menghamburkan uang. Berpesta bersama teman-temannya, bahkan melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma.

Di sisi yang lain, sang adik yang hidupnya penuh dengan kebahagian walaupun dia tidaklah sekaya saudaranya. Hari-hari ia lewati bersama orang-orang terkasih, melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dicintainya dan takkan berpikir dua kali untuk memberikan bantuan bila ada orang yang membutuhkan pertolongan.

Setiap kejadian baik itu besar hingga hal-hal terkecil dalam hidupnya akan selalu ia syukuri.

Namun akibat perbedaan mencolok dalam hidup mereka tersebut, mengakibatkan hubungan keduanya mulai renggang. Si adik yang tak pernah setuju dengan kehidupan yang dijalani oleh saudaranya, seringkali mencoba untuk mengajak sang kakak kembali ke jalan yang benar, namun sayangnya sang kakak yang tidak dapat menerima nasehat-nasehat adiknya itu akhirnya memberikan respon yang membuat adiknya bersedih. Si kakak yang marah memutuskan hubungan persaudaraan diantara mereka berdua, dia tak pernah ingin bertemu dengan adiknya lagi.

Beberapa tahun kembali berlalu. Ada sebab dan pastinya ada akibat, maka karma itupun datang. Si sulung mengalami kecelakaan dan mengakibatkan dirinya menjadi buta. Uang yang bertumpuk di rekeningnya pun tak mampu berbuat apa-apa demi mengobati kedua matanya. Kornea mata yang dibutuhkan olehnya untuk dilakukan operasi, tak semudah itu didapatkannya.

Tak bisa menerima kejadian yang menimpanya, berkali-kali ia mencoba bunuh diri. Namun sepertinya kematian tak ingin mendekati dirinya. Dan keadaan ini memperparah keadaannya yang makin putus asa.

Sang adik yang dulu ditolak olehnya, kini justru hanya dialah yang selalu menemani dan membesarkan hatinya.

Hingga suatu hari dalam keterpurukannya, dokter datang membawa berita gembira untuk si sulung. Mereka telah mendapatkan donor mata, dan operasi pun dapat segera dilakukan.

Betapa bahagianya si sulung dan ia hendak membagi kebahagiaan itu kepada adiknya yang selama ini dia tolak keberadaannya.

Namun alangkah hancur hatinya ketika mengetahui pendonor mata itu tak lain adalah adiknya sendiri yang meninggal dalam kecelakaan saat hendak menjenguk dirinya.

"Life is not measured by the number of breaths we take, but by the moments that take our breath away."

Jendela Kehidupan

Kisah inspiratif kali ini mengisahkan tentang dua orang pria paruh baya yang menjadi pasien di sebuah rumah sakit.

Mereka berada dalam satu kamar yang sama. Roy dan David, kedua pria tersebut telah berada di rumah sakit dalam waktu yang cukup lama.
Roy mendapatkan ranjang yang letaknya dekat dengan pintu kamar mereka, sementara ranjang untuk David berada di samping jendela.
Sekali sewaktu dalam seharinya, demi mengusir kejenuhan, David mencoba bangun dari ranjangnya dan memandang keluar jendela.
Diceritakannya kepada Roy, bagaimana ia dapat melihat angsa-angsa yang berenang di danau kecil di dekat rumah sakit, atau burung-burung yang berkejaran di langit biru. Bunga berbagai warna yang bermekaran di sisi gedung. Dan sekali David bahkan menceritakan tentang parade yang dilihatnya di jalanan.
Roy yang meskipun tak dapat melihat semua itu, namun ia dapat membayangkan persis keadaannya seperti yang dituturkan oleh David.
Hari-hari berlalu, David terus menceritakan berbagai pemandangan yang dilihatnya di luar jendela.
Perlahan timbul pun rasa iri dalam diri Roy, ia merasa ini semua tak adil. Mengapa hanya David yang dapat melihat semua pemandangan itu? Roy berpikir, ia akan rela melakukan apa saja demi dapat melihat pemandangan di luar jendela yang telah lama tak dapat ia saksikan tersebut.
Dan pada suatu malam Roy yang tak dapat memejamkan matanya terus memandang ke arah jendela.
Lalu ia pun kemudian mendengar suara bergumam pelan, dan Roy mengalihkan perhatiannya ke ranjang teman sekamarnya. Dilihatnya tubuh David berkejang-kejang sembari tangannya memegang jantungnya yang terasa sakit. Roy bisa saja memencet tombol di sisi ranjangnya untuk memanggil perawat demi memberikan pertolongan pada David, namun ia tak melakukannya.
Pagi harinya, perawat menemukan tubuh David yang terbujur kaku di ranjangnya. Dokter pun menyatakan dia telah meninggal dunia.
Mendengar berita itu, Roy lalu bertanya kepada perawat apakah ia diperbolehkan untuk pindah ke ranjang di dekat jendela tersebut. Perawat pun menyetujuinya.
Sesaat setelah perawat membantu memindahkannya ke ranjang tempat David berbaring sebelumnya, Roy pun segera mengalihkan pandangannya mencoba melihat pemandangan di luar jendela yang telah lama sekali ia impikan dan hanya bisa ia dengarkan dari cerita-cerita David.
Namun Roy hanya bisa tertegun ketika mendapati dirinya tengah memandangi tembok besar, satu-satunya pemandangan yang bisa ia lihat melalui jendela tersebut.


“To get the full value of joy you must have someone to divide it with.” – Mark Twain

Friday, February 26, 2010

Kisah Wortel, Telur, dan Kopi

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.

Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api.

Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api.

Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.

Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?”"Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.

Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, “Apa arti semua ini, Ayah?”

Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi ‘kesulitan’ yang sama, melalui proses perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.

Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.

“Kamu termasuk yang mana?,” tanya ayahnya. “Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?” Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.”

“Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan maka hatimu menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?.”

“Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat.”

“Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.”

“Ada raksasa dalam setiap orang dan tidak ada sesuatupun yang mampu menahan raksasa itu kecuali raksasa itu menahan dirinya sendiri

Pembuktian Tuhan dalam Fisika

Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada? Apakah kejahatan itu ada? Apakah Tuhan menciptakan kejahatan?

Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswanya dengan pertanyaan ini, "Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?".
Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang menciptakan semuanya".
"Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali lagi.
"Ya, Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan."

Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, "Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?"

"Tentu saja," jawab si Profesor

Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu ada?"

"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah kedinginan?" Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.

Mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.

Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?"

Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."

Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?"

Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan."

Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi Anda salah, Pak. Kejahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya."

Sejak hari itu profesor itu tidak pernah menanyakan lagi tentang keberadaan Tuhan.

Dan nama mahasiswa yg berdebat itu adalah : Albert Einstein

Thursday, February 25, 2010

Cerita Miring Dokter Indonesia di Time

Jakarta, Orang Indonesia tentunya sudah hapal sistem kesehatan di Indonesia yang masih jauh dari maksimal. Tapi kalau cerita miring soal kredibitas dokter Indonesia sampai diulas secara internasional tentunya harus menjadi perhatian khusus.

Situs majalah Time edisi 17 Februari 2010 memaparkan sebuah esai panjang tentang bagaimana memprihatinkannya kondisi pelayanan kesehatan di Indonesia. Tulisan tersebut ditulis wartawan Jason Tedjasukmana, yang menjadi koresponden untuk Time Asia.

Intinya si jurnalis ingin menceritakan minusnya pelayanan kesehatan di Indonesia. Berkaca dari pengalaman pribadinya yang menderita sakit mata. Di saat tak ada satu dokter Indonesia pun yang bisa mendiagnosis penyakitnya, dokter Amerika bisa mengetahuinya hanya dalam 5 menit.

Seperti dikutip dari Time, Selasa (23/2/2010), Jason menceritakan kisahnya.

Saya tidak pernah menduga akan menceritakan sistem kesehatan di Indonesia yang buruk. Meski saya merasa ragu dengan prosedur kesehatan di negara yang sudah saya tempati sejak tahun 1994 ini, tapi saya cukup percaya dengan dokter-dokter lokal di Indonesia. Tapi ternyata saya salah.

Pada April 2009, mata kanan saya mulai gatal dan memerah. Penglihatan saya mulai kabur tapi saya tidak tahu apa yang terjadi dengan mata saya. Akhirnya saya menemui dokter dan disarankan untuk menemui spesialis karena masalahnya diperkirakan ada pada kornea.

Saya pun mengikuti sarannya, tapi setelah berkeliling dan menemui banyak dokter spesialis mata di Jakarta, keadaan mata saya justru semakin memburuk. Seminggu kemudian, saya memutuskan untuk meninggalkan Indonesia dan mencari pengobatan di luar, tapi ternyata sudah terlambat.

Kondisi kornea saya sudah terlanjur rusak. Dokter di Singapura tempat saya berkunjung dan juga hampir kebanyakan orang Indonesia yang ingin berobat menyarankan agar dilakukan transplantasi kornea jika teknik lainnya gagal. Akhirnya saya memutuskan pergi ke Amerika untuk mencari jalan lain.

Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia menurut saya jauh dari memadai. Hal tersebut diakui pula oleh mantan ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dr Kartono Mohammad. "Kita tidak punya sistem kesehatan. Tidak ada kontrol terhadap kualitas pelayanan kesehatan di Indoensia," ujar Dr Kartono.

Untuk tahun 2010, menteri kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih telah mengalokasikan dana sebesar 2,2 miliar dolar AS atau Rp 22 triliun untuk anggaran kesehatan, tapi angka itu dianggap masih kurang dan seharusnya sebesar 110 miliar miliar dolar (Rp 110 triliun). "Tentu saja itu masih belum cukup, tapi sistem pelayanan kesehatan sudah termasuk di dalamnya," tutur Endang.

Tentu saja tidak mengejutkan jika ratusan warga Indonesia meninggal tiap tahunnya akibat tuberculosis, malaria, demam berdarah dan penyakit lainnya. Tapi yang membuat saya bingung adalah bagaimana sebuah penyakit mata yang saya alami tidak terdiagnosa oleh satu pun dokter, padahal penyakit itu bisa memicu kebutaan.

Saya terpaksa pergi ke Amerika karena enam dokter di Indonesia sudah tidak bisa menjelaskan penyakit tersebut. Berbeda dengan dokter Indonesia, seorang dokter di Michigan langsung bisa mendiagnosis masalah dalam 5 menit.

"Anda terkena penyakit vernal conjunctivitis. Jika dokter di sana melihat dan memeriksa bagian di bawah kelopak mata Anda, penyakit ini sebenarnya bisa langsung ketahuan," ujar dokter Michigan yang memeriksa Jason.

Menurut saya, sebenarnya para dokter di Indonesia sudah memeriksa bagian tersebut. Tapi tidak ada satu dokter pun yang menyadarinya dan melewatkannya begitu saja. Dokter di Jakarta hanya memberi steroid untuk mengurangi pembengkakan. --> salah terjemahan .. liat dibawah versi aslinya

Dokter di Jakarta juga melakukan pembersihan mata dengan cara mengurangi lapisan mata. Harapannya yaitu agar tumbuh lapisan baru di atas lapisan yang rusak. Namun sakit yang dirasakan seperti ada keramik atau kaca yang ditusuk ke dalam mata saya.

Sebenarnya saya ingin menggugat dokter tersebut tapi Dr Kartono dan pakar kesehatan lainnya mengatakan bahwa kemungkinan memenangkan kasus malpraktik di Indonesia sangatlah kecil bahkan penggugat bisa jadi harus membayar kerugian yang lebih besar.

Setelah 9 bulan mengeluarkan ribuan dolar dan menjalani prosedur pengobatan di Amerika, 50 persen penglihatan saya sudah kembali normal. Meski saya masih merasa pusing dan tidak nyaman dengan ketidakseimbangan penglihatan kiri dan kanan, tapi saya optimistis mata saya akan kembali normal.

Saya sangat beruntung karena bisa mencari pengobatan di luar, tapi bagaimana dengan mereka yang tidak mampu dan tidak tahu harus berobat kemana? Semakin saya bertanya pada dokter-dokter di Jakarta, semakin banyak kekhawatiran dan cerita horor yang timbul.

Kasus Prita Mulyasari yang berani mengkritik sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah satu contoh bahwa ada yang salah dengan sistem kesehatan di Indonesia. Saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan setelah ini, tapi saya menyarankan agar Prita punya keberanian untuk menantang sistem yang sudah banyak mengorbankan orang banyak


Versi asli pernyataan Jason Tedjakusuma :
I never thought I would let the grim stories I'd heard about Indonesia's health care system turn me into one of those expats who left the country at the slightest hint of a sore throat. I may have been skeptical of undergoing any major procedure in the country where I've been living since 1994, but I was pretty confident local doctors could handle a run-of-the-mill condition like vernal conjunctivitis. I was wrong.

In April 2009, my right eye started to itch and turned red. My vision turned blurry, and I couldn't figure out why I was losing sight in that eye, so I went to see a general practitioner, who suggested I see a specialist as it looked as though the problem might be in the cornea. I followed his advice, and after enduring a merry-go-round of eye doctors in Jakarta, my eye continued to get worse. Weeks later, I decided to leave the country to seek treatment, but by then it was too late. The condition had already damaged my cornea. Doctors in Singapore, where many Indonesians go in search of better care, suggested a number of treatments, including a corneal transplant if the others failed to restore my sight. I opted for another opinion back in the U.S. (See the most common hospital mishaps.)

For me to say that Indonesia's health care system is inadequate is, well, far from adequate, so let me quote a former head of the Indonesian Doctors' Association. "We have no health system," Dr. Kartono Mohammad recently told a group of journalists. "There is no quality control." At a time when Indonesia is striving to reach the ranks of the BRIC countries, strong fundamentals and an economy set to grow around 5% this year have yet to boost the hopes of millions in need of basic, reliable health services. For 2010, the health ministry has been allocated $2.2 billion, which is a slight increase over last year but still half of what is generally spent by the defense department. Overall, spending on health comes in at less than 2% of the year's total fiscal expenditures estimated around $110 billion. "It's still not enough," admits Health Minister Endang Rahayu Sedyaningsih. "Of course it is not right yet, but a national health system is there."

That might come as a surprise to the hundreds of Indonesians that still die each year of tuberculosis, malaria, dengue fever and other treatable illnesses. As for myself, I wondered how something as treatable as vernal conjunctivitis, which generally afflicts allergy sufferers, could lead to blindness. I had to go back to the U.S. to find out what at least six doctors here couldn't decipher; a doctor in Michigan diagnosed my problem in five minutes. "You have a case of vernal conjunctivitis," the cornea specialist told me. "If your doctors over there had looked under your eyelid they would have caught it, or at least they should have." (See "The Year in Health 2009.")
Sumber : Kaskus